Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Adu Kreasi Mendesain Miniatur Hidroponik

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Siswa dari SMK PGRI Glenmore menggunakan api untuk melubangi tempat tanaman saat kontes hidroponik se-Jawa Timur di aula kampus Poliwangi.

KABAT – Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) bertekad menjadi Banyuwangi sebagai sentra hidroponik nasional. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, mereka menggelar lomba miniatur hidroponik tingkat SMA, SMK, dan MA se-Jatim.

Suasana di kawasan aula kampus Poliwangi, Desa Labanasem, Kecamatan Kabat, terkesan super sibuk Senin pagi kemarin (8/5). Puluhan pelajar tingkat SMA/sederajat yang membentuk kelompok-kelompok kecil beranggota tiga orang tampak mengutak-atik pipa dan paralon.

Ada yang bertugas membuat lubang, ada pula yang memotong maupun menyambung pipa dan paralon tersebut.

Ada kelompok yang langsung bekerja merakit pipa dan paralon. Ada pula kelompok yang anggotanya sesekali ngerepek alias melihat desain yang telah mereka buat di selembar kertas.  Meski berbeda metode, masing- masing kelompok tetap saling menghormati.

Bahkan, sesekali terlihat anggota suatu kelompok meminjam peralatan, seperti bor, dan lain-lain pada kelompok yang lain.  Seperti itulah gambaran sekilas SMA, SMK, dan MA se-Jatim yang digeber di kampus Poliwangi.

Sesuai tema, lomba yang diprakarsai Unit Kegiatan Mahasiswa Kompetensi (UKMK) Agrobisnis politeknik negeri kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan itu tidak hanya diikuti pelajar asal seantero Banyuwangi, tetapi ada pula peserta yang berasal dari luar kabupaten, seperti Jember dan Probolinggo.

Total 24 tim peserta ikut ambil bagian dalam perlombaan kali ini. Pihak panitia memberikan waktu 4,5 jam bagi peserta untuk menuntaskan pembuatan miniatur hidroponik tersebut. Ketua Panitia, Imam Imroni, mengatakan lomba tersebut digelar dengan tujuan mengenalkan hidroponik kepada kalangan pelajar jenjang SMA/sederajat.

“Diharapkan ke depan Banyuwangi menjadi  sentra hidroponik yang menghasilkan produk-produk yang sehat dan berkualitas,” ujarnya. Imam menuturkan, pada awalnya bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik cenderung lebih mahal, khususnya untuk membuat kerangka berbahan pipa yang bakal dijadikan media tanam.

“Tetapi pada proses berikutnya, menanam dengan sistem hidroponik lebih murah. Karena kerangka media taman yang ada bisa dimanfaatkan berkali-kali,” kata dia.(radar)