Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Air Mineral SNI Cuma Empat

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Potensi Sumber Mata Air 333 Titik
BANYUWANGI – Potensi sumber daya air di Kabupaten Banyuwangi sungguh luar biasa. Tidak tanggung-tanggung, sedikitnya 333 mata air tersebar di Bumi Blambangan. Jangan heran apabila kini industri air minum dalam kemasan (AMDK) tumbuh pesat.

Sayang, pesatnya pertumbuhan industri AMDK itu belum diimbangi dengan standardisasi kualitas. Terbukti, belum semua AMDK memenuhi ketentuan produk standar nasional Indonesia (SNI). “Sampai akhir tahun 2011, baru terdapat empat perusahaan AMDK yang memenuhi SNI.

Ungkap Hary Cahyo Purnomo, kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan Air Mineral SNI Cuma Empat (Disperindagtam) Banyuwangi, kemarin (16/10). Berdasar data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), beber Hary, empat perusahaan AMDK itu telah mendaftarkan SNI untuk sebelas merek air mineral kemasan.

“Padahal, semua merek AMDK wajib memiliki sertifikat SNI yang diterbitkan lembaga sertifikasi produk,” tegasnya di hadapan para pengusaha AMDK di Restoran Mahkota Plengkung, Banyuwangi. Sementara itu, Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Jember, Desak Nyoman Siksiawati, menegaskan bahwa produk AMDK harus aman, bermutu, bergizi, dan halal.

Otomatis, produksinya harus sesuai SNI dan aturan BPOM. “Jadi, setiap produk AMDK harus memenuhi standar SNI dan bertanda SNI, sehingga harus mengurus sertifikat SNI,” terangnya saat sosialisasi rencana pelayanan kalibrasi alat ukur bersama tim UPT kemarin. Nah, pelayanan sertifikasi produk AMDK, lanjut Desak, kini bisa dilayani di UPT Jember.

Bahkan, rencananya pihaknya akan mendirikan laboratorium kalibrasi. Untuk itu, UPT Jember melakukan sosialisasi dan diseminasi untuk mengetahui alat apa saja dibutuhkan untuk dikalibrasi. “Jika kalibrasi bisa dilayani di Jember, maka tidak perlu ke Surabaya, apalagi Jakarta.

Sehingga, akan ada efisiensi cost dan waktu. Pengurusannya bisa bekerja sama dengan Disperindagtam Banyuwangi,” cetusnya. Selain melakukan sosialisasi, UPT Jember dibantu tim dari Universitas Airlangga, Surabaya, juga menyebar kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu dijawab para pengusaha yang hadir, sehingga menjadi bahan pengadaan alat kalibrasi nanti. “Hasil dari kuesioner itu akan diketahui bidang mana yang akan diambil, sehingga penyediaan alat kalibrasi bisa tepat,” harapnya. (radar)