Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Amankan 56 Imigran Myanmar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

amankanSudah 5 Hari Ditampung di Pondok Kiai Kembar

BANYUWANGI – Puluhan imigran ge lap asal Myanmar diamankan polisi dari Pondok Pesantren (Ponpes) Nah dlatul Qodiri, Dusun Seneposari, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, siang kemarin (13/4). Polisi tampaknya kecolongan terkait ke beradaan etnis Rohingya tersebut. Me ngingat, puluhan imigran ilegal itu sudah lima hari menginap di ponpes asuhan Kiai Kembar (KH. Khoirudin– KH. Nurudin) itu.

Aparat kepolisian baru mengendus ke beradaan imigran tersebut Jumat lalu (13/4). Kemarin, petugas langsung mengamankan para imigran yang mencari suaka akibat konflik di Myanmar tersebut. Dalam hal ini, pengasuh ponpes tersebut tidak melaporkan keberadaan puluhan imigran tersebut kepada petugas. Sementara itu, upaya penjemputan pu luhan imigran itu tampaknya tidak berjalan mulus. Sebagian imi gran bersembunyi di beberapa lo kasi di sekitar ponpes. Bahkan, se kitar sembilan orang kabur ke arah perkebunan dan persawahan di be lakang ponpes yang berdiri tahun 1991 itu.

Awalnya, polisi meminta semua imi gran menyerahkan diri. Tetapi, hanya sebagian imigran yang keluar dan pasrah saat diminta masuk ke bus Polres Banyuwangi. Lantaran dianggap ada yang tidak beres, petugas langsung menggeledah sejumlah tempat, termasuk kediaman pengasuh ponpes tersebut. Hasilnya, beberapa orang akhirnya keluar rumah, yakni beberapa pe rempuan dan anak-anak. Catatan war tawan koran ini, ada sepuluh pe rempuan berkerudung dan sepuluh anak-anak Upaya pencarian para imigran itu membutuhkan waktu sekitar dua jam.

Kapolres Banyuwangi, AKBP Na nang Masbudi, melalui Kabagops Kompol Sujarwo mene gaskan, langkah petugas ter sebut dilakukan dalam rangka operasi kemanusiaan. Mengingat, para imigran tersebut me rupakan korban konfl ik di negara asalnya. ‘’Ini aksi kemanusiaan,’’ katanya saat memimpin operasi kemarin. Mengenai kronologi ke ja dian itu, Kompol Sujarwo mem beberkan bahwa awalnya pe tugas mencurigai ada imigran gelap di ponpes tersebut. Ke curigaan petugas itu sudah berlangsung beberapa hari terakhir ‘’Babinkantibmas curiga ada orang yang sering keluar-masuk di ponpes ini,” jelas perwira po lisi itu.

Apakah pengasuh tidak melaporkan keberadaan imi gran itu, Kompol Sujarwo me – negaskan bahwa yang bersangkutan tidak mem be ri tahukan hal itu sejak awal. ‘’Tidak ada laporan,” tegasnya ke pada Jawa Pos Radar Ba nyu wangi dan sejumlah wartawan usai operasi kemarin. Selanjutnya, para imigran gelap tersebut dibawa ke Ma pol res Banyuwangiuntukdi data. Selainitu, petugas akan memberikan tempat penampungan semen tara bagi puluhan imigran Myan mar ter sebut. ‘’Kita data dulu di polres. Kemudian, nanti akan kita se rahkan ke kantor Imigrasi,” jelasnya.

Data yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi menyebutkan, imigran gelap dari Myanmar yang diamankan berjumlah 56 orang. Mereka terdiri atas sepuluh perempuan, sepuluh anak, dan 36 lelaki dewasa. Sementara itu, penjelasan ber beda disampaikan KH. Khoirudin, pengasuh Ponpes Nahdlatul Qodiri. Lelaki 43 tahun itu menegaskan, keberadaan imi gran itu sudah dilaporkan. Ha nya, pemberitahuan kepa da pihak berwajib itu telat di sampaikan. ‘’Beberapa hari se telah ada di sini, kami baru lapor kemarin,” ujarnya. Dia menjelaskan, para imigran ter sebut datang ke ponpes ter sebut tidakberbarengan.

Te tapi, mayoritas datang ke ponpes tersebut dalam rang ka mengikuti pengajian dan zikir bersama yang rutin di laksanakan setiap malam Ahad Manis. ‘’Mereka datang berkelompok; ada yang sore, dan ada yang malam,” terang Khoirudin. Meski begitu, awalnya dia tidak menyadari kedatangan para imigran tersebut. Dia baru tahu keesokan harinya, yaitu pada Minggu siang. “Saya baru tahu setelah salat Duhur berjamaah,” katanya. Dia beralasan tidak me ngetahui imigran tersebut saat me ngikuti zikir bersama. Sebab, pengajian rutin itu dihadiri ba nyak jamaah, baik dari lokal Banyuwangi maupun dari luar daerah.

Pengajian itu dihadiri se kitar seribu sampai dua ribu  jamaah. Saya tidak mungkin kenal satu per satu,” paparnya. Dia tidak tahu jumlah imigran tersebut secara pasti. Namun, jumlah imigran yang menginap di ponpesnya sekitar 39 orang. “Ada perempuan dan anakanak,” sebutnya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Bagaimana ceritanya imigran itu kok bisa sampai ponpes, dia menjelaskan bahwa mereka mengetahui ponpes yang dia asuh itu berdasar informasi di luar negeri. ‘’Saya memang sering pergi ke luar negeri untuk mengisi pengajian, seperti di Hongkong dan Taiwan,” paparnya.

Mengenai tujuan imigran itu, Khoirudin memaparkan bahwa mereka ingin mencari perlindungan. Sebab, di negara asalnya sedang ada konflik. ‘’Intinya ke sini minta doa dan supaya dilindungi. Mereka pasrah,” terangnya. Dalam persoalan ini, dia menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwajib. Jika memang para imigran tersebut dikembalikan ke ponpes tersebut, dia siap menampung. ‘’Saya siap demi kemanusiaan,” tegasnya. Dia juga bertanggung jawab terhadap sembilan imigran yang melarikan diri. Pihaknya akan melakukan pencarian sampai ketemu dan menyerahkan mereka kepada petugas. “Yang lari biar saya yang tanggung jawab,” tegasnya. (radar)

SETIAP ORANG BAYAR Rp 10 JUTA

SEMENTARA itu, puluhan imigran asal Myanmar yang di temukan bersembunyi di Pondok Pesantren Nahdlatul Qodiri di Dusun Seneposari, Desa Barurejo, Kecamatan Si liragung, langsung dikembangkan aparat kepolisian. Empat orang yang diduga sebagai cukong para imigran gelap itu ditangkap anggota Buru Sergap (Buser) Polres Banyuwangi di sebuah hotel di Kelurahan Klatak, Ke camatan Kalipuro. “Ada empat orang yang terlibat pe ngiriman imigran gelap asal Myanmar itu,” cetus Ka satreskrim Polres Banyuwangi AKP Bagus Ikhwan Cris tian.

Keempat cukong yang kini masih diamankan di ruang tahanan polres itu adalah Iryanto Yahya Saka, 51, asal Desa Bani Boi, Kecamatan Kelapa Lima, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT); Hevy Aloe, 32, Pengalasan 6, Den pasar, Bali; Nur Hati Syafi i, 38, Perum Padang Lestari, Kerobokan, Kuta, Bali; dan Maya Malinda, 34, asal Kelurahan Su ngai Bambu, Jakarta Utara Menurut kasatreskrim, empat cukong itu ditetapkan sebagai tersangka setelah polisi menemukan persembunyian para imigran gelap itu di Pondok Pesantren Nahdlatul Qodiri di Dusun Seneposari, Desa Barurejo, Banyuwangi, asuhan Kiai Kembar. “Yang menaruh para imigran gelap ke pesantren itu, ya empat orang ini,” katanya.

Dari empat orang yang di tang kap tersebut, jelas dia, otak nya diduga Iryanto. Dalam keterangannya kepada polisi, Iryanto mengaku mengenal p e ngasuh pondok pesantren yang dikenal sebagai Kiai Kembar itu sebulan lalu. “Para imigran di kirim ke pesantren sejak Senin (8/4) lalu,” ujarnya. Dalam keterangannya kepada polisi, Iryanto mengaku imigran gelap asal suku Rohingnya di Myanmar itu berjumlah 38 orang. Mereka rencananya akan dikirim ke Pulau Christmast, Australia. “Disembunyikan di pesantren sambil menunggu ka pal yang akan membawa mereka ke Australia,” sebutnya.

Iryanto menyebut para imigran yang di antaranya perempuan dan anak-anak itu sebenarnya yang membawa Harun, salah satu kenalannya di Surabaya. Harun pula yang meminta agar para imigran itu di bawa ke Banyuwangi. “Saya bertemu Harun di Surabaya, lalu diminta membawa mereka (para imigran) ke Banyuwangi,” cetus Iryanto kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin. Ditanya terkait biaya yang di – terima setelah membawa para imigran tersebut, Iryanto menolak menyebut. Pria parobaya itu mengaku semua keterangan sudah diberikan ke pada penyidik polsek.

“Iryanto dapat uang banyak,” kata ka sat reskrim. Berdasar keterangan Iryanto, kata kasat, jasa antar setiap imigran dihargai Rp 10 juta. Dengan membawa 38 imigran, berarti dapat Rp 380 juta. “Tapi Iryanto mengaku masih di beri Rp 200 juta oleh Harun,” bebernya. Sementara itu, para imigran gelap yang ditemukan bersembunyi di Pondok Pesantren Nah dlatul Qodiri itu langsung di evakuasi ke Mapolres Banyuwangi. Di polres, para imigran itu didata. “Setelah kita data, jumlahnya 56 orang,” se but Kabag Ops Polres Banyuwangi Kompol Sudjarwo.

Dari 56 orang itu, lanjut dia, 10 orang di antaranya berkelamin perempuan, dan 10 orang lainnya masih berusia di bawah umur. Hingga pukul 17.00 kemarin, mereka masih menjalani pendataan di Mapolres Banyuwangi. Habis ini akan kita kirim ke Gedung Pramuka (Jalan Wijaya Kusuma, Banyuwangi),” katanya. Menurut Kompol Sudjarwo, pi haknya sudah menghubungi kantor imigrasi di Jember. Tetapi, mereka menolak menerima para imigran gelap itu karena Sabtu dan Minggu kan tor sedang libur. “Petugas Imigrasi tak mau menerima. Mereka minta dikirim Senin (15/4) besok,” ujarnya. (radar)