Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Anggota Sudah Kakek-kakek, Hanya Keliling di Sekitar Pesanggaran

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SIANG itu deretan sepeda ontel parkir rapi di depan pertokoan Dusun Rejo agung, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Hampir semua sepeda yang berjajar itu, jenis unto dan kuno tapi tetap terawat. Ban pada sepeda itu, sebagian besar berwarna putih kekuningan dan tampak baru.

Kondisi rangka pada sepeda itu terlihat cukup bagus, meski tidak semua ngejreng. Deretan sepeda itu hampir tidak ada yang karatan. Merek sepeda yang parkir itu juga beragam. Ada yang Raleigh dengan harga  cukup terjangkau mulai Rp 1 juta hingga jenis Gazelle Seri 2 yang harganya sampai  Rp 25 juta per unitnya.

Siang itu, para pemilik sepeda tua itu tengah melakukan kegiatan bersih-bersih di rumah salah  satu anggota usai hujan deras. Bagi anggota paguyuban, tujuan bersepeda selain menjaga kesehatan juga  merajut silaturahmi dan melestarikan  sepeda tua.

“Ini berangkat dari hobi, setiap sebulan sekali kita melakukan pertemuan,” cetus Gimin, 57, salah satu anggota komunitas asal Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Untuk menjadi anggota paguyuban, terhitung sangat mudah.

Mereka tinggal mendaftar dan ikut pertemuan rutin setiap sebulan sekali. Selain itu, juga memiliki sepeda tua. Dalam pertemuan rutin, para anggota dimintai iuran untuk kas. “Iurann yaitu hanya Rp 5000 setiap bulan,” katanya.

Tidak seperti komunitas sepeda sport yang didominasi kalangan muda dan sering melakukan touring hingga menguras tenaga, komunitas ini cenderung  di penuhi kalangan tua. Rata-rata usia  anggota sudah di atas kepala lima. Saat gowes, biasanya hanya mengitari Kecamatan Pesanggaran dan sekitarnya.

“Kalau bersepeda hanya muter-muter  Pesanggaran dan Siliragung saja,” jelasnya.  Meski hanya muter-muter di daerahnya, bukan berarti tidak pernah unjuk gigi di luar daerah. Pada tahun 2011, mereka pernah   mencoba jalanan di Kota Kediri. Saat itu, mengikuti gathering sepeda kuno.

“Kita ikut ghatering sepeda kuno,” terang Gimin.  Bersepeda itu menjadi alternatif olah raga sekaligus hiburan yang ringan. Dengan  ikut dalam komunitas sepeda, mereka merasa masih muda. “Bertemu teman-teman sebaya itu terasa masih muda,”  ungkap Mariyanto, 84, warga Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran sambil  memegangi sepeda Relihg miliknya.

Saat sepeda membutuhkan servis atau kelengkapan aksesori, biasanya di antara mereka melakukan barter. Untuk pemasangan aksesori dilakukan di komunitas saat bertemu. Kebetulan, salah satu anggota  ada yang ahli dalam bengkel sepeda. “Kalau ada apa-apa bengkelnya Pak Tujan,” ucapnya sembari menunjuk salah satu anggota yang terlihat tua itu. (radar)