Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bahayanya Penggunaan Pengawet dan Pewarna Tekstil pada Jajanan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

HASIL pemeriksaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi terhadap beberapa jenis jajanan dan makanan di empat kecamatan di Kabupaten Banyuwangi ditemukan 21% mengandung zat berbahaya seperti rhodamin B, boraks, dan lain-lain. Berita ini tentunya sangat memprihatinkan. Meskipun ini sudah berlangsung lama, tapi masyarakat masih belum memahami akan bahaya dari penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang berbahaya untuk kesehatan.

Penggunaan bahan tambahan pangan tidak lepas dari permintaan pasar. Masyarakat menginginkan jajanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat tersebut. Untuk menjual dengan harga murah, pedagang tentunya cenderung memilih bahan yang murah.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 722/MENKES/PER/IX/88, yang dimaksud BTP (Bahan Tambahan Pangan) adalah bahan yang tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan bahan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen yang mempengaruhi sifat khas makanan. Masalah dalam penggunaan BTP disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang tidak semestinya.

Seperti boraks, sebenarnya merupakan bahan solder, pembersih bangunan. Sering ditemukan pada mi, bakso, kerupuk, dan lontong. Tujuan pemakaian yaitu membuat kenyal, menimbulkan rasa gurih, mengawetkan, dan membuat renyah. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Di antaranya gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit. Gejala pendarahan di lambung, dan gangguan stimulasi saraf pusat.

Selain itu terjadinya komplikasi pada otak, hati, dan ginjal. Sedangkan formalin, guna se benarnya adalah sebagai an tiseptik, dan penghilang  au fumigan (sebagai penga wet mayat). Biasanya, ditemukan pada mi basah dan tahu. Pemakaian sedikit menimbulkan sakit perut dan muntah. Pemakaian yang ba nyak menimbulkan kencing da rah dan muntah darah. Sementara, pewarna me thanyl yellow, rhodamin B merupakan pewarna tekstil. Mengkonsumsi dengan waktu lama da pat menimbulkan kanker (kar sinogenik).

Zat pemanis sin tetik seperti sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, dan aspartam memiliki ting kat kemanisan yang lebih ting gi dibandingkan pemanis alami. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan diban dingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan. Karena dapat memberikan efek sam ping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan, selain akan me nyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang  terjadinya tumor pada bagiankandung kemih.

Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia yang berbahaya pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan De partemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes no. 722/ Menkes/Per/IX/1998. Pedagang sebenarnya tahu ada nya BTP yang berbahaya pada bahan baku jajanan yang mereka jual. BTP yang berbahaya menjadi primadona bahan tambahan dijajanan kaki lima karena harganya murah, dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya warnanya sangat cerah.

Sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah didapat. Lebih jauh lagi, kita ketahui bahwa makanan yang dijajakan umumnya tidak dipersiapkan dengan baik dan bersih. Mereka mempunyai pengetahuan yang kurang tentang penanganan pangan yang aman, mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat.

Untuk mengurangi paparan ter hadap makanan dan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, terutama pada anak sekolah, maka perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang. Sekolah sebaiknya menyediakan kantin sehat serta pedagang perlu di bekali pengetahuan tentang bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan cara pengolahan makanan yang baik dan benar. Kita sebagai konsumen harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman. Yakinkah bahwa BTP yang dipakai memang benar-benar aman untuk kesehatan. Semoga bermanfaat. (radar)