Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Banyak UKM Senang, Ngamen Menghibur Berkostum Pocong

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Seorang pengunjung berfoto bersama dengan Aying, pemeran pocong di pameran Banyuwangi Art Week.

SORE itu, para pengunjung mulai berdatangan di pameran Banyuwangi Art Week. Mereka silih berganti melihat setiap stan. Pameran lukisan, produk kain batik, sampai dengan kerajinan alat-alat dapur  oseng ada dalam pameran tersebut.

Selain itu, di sana juga ada stan aneka  kuliner. Mulai dari jajajan asli oseng sampai dengan menu makanan penuh variasi. Yang pasti, para pengunjung  menikmati aneka makanan yang dijual di lokasi tersebut.

Menjelang  petang, jumlah pengunjung yang  datang semakin banyak. Mulai kalangan orang tua sampai anak- anak tampak tumplek-blek di lokasi pameran tersebut.  Setiap stan nyaris dipenuhi oleh  pengunjung.

Untuk stan kuliner, banyak dari sekian pengunjung  memilih untuk menikmati hidangan yang ada. Sebagian dari pe ngunjung  itu juga tengah meni kmati seduhan kopi murni di salah satu stan pameran tersebut.

Tidak sedikit dari mereka  juga tengah mengabadikan momen  di arena pameran itu. Bahkan, mereka juga selfie ria di pintu masuk  Banyuwangi Art Week itu. Ya, aneka kerajinan dan kuliner  lokal yang bertajuk Banyuwangi Art Week semakin ramai pengunjung.

Frekuensi pengunjung terus meningkat. Intensitas kenaikan pengunjung itu membuat para pedagang merasa sangat diuntungkan. Banyuwangi Art Week dipusatkan di sisi barat Taman Blambangan Banyuwangi.

Sejak dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah  Azwar Anas pada Rabu lalu, aneka pameran tersebut semakin ramai. Sedianya, pameran tersebut berlangsung pada malam ini. Aneka pameran maupun kuliner yang dipatok pedagang ternyata terjangkau.

Hal itu yang membuat Banyuwangi Art Week menjadi ramai. Karena ramai pengunjung, pedagang merasa senang. Tidak sedikit barang dagangan yang dipamerkan laris terjual.

‘’Di sini tidak pernah sepi dan selalu ramai,’’ ungkap salah satu pedagang, Burhanuddin. Burhanuddin membuka stan untuk kerajinan aluminium alat-alat dapur osing. Menurut dia, semua barang yang dipamerkan  di stan tersebut harganya terjangkau.

‘’Murah murah, tapi kualitasnya tidak murahan,’’ kata pedagang asal Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi ini.  Sebagai pedagang, Burhanuddin  mengaku sangat terbantu dengan  adanya Banyuwangi Art Week  tersebut. Sebab, dia bisa memasarkan barang produk lokal yang murni dari tangan-tangan perajin.

‘’Saya yakin pedagang lain juga  sangat terbantu,’’ jelasnya. Burhanuddin mengaku sangat lega ternyata produk yang dipamerkan laku keras. Tentu saja, hal itu berdampak pada omzet  penjualan. ‘’Tidak sampai puluhan  juta per-harinya, tapi sudah lumayan,’’  terang pedagang yang tergabung  dalam Asosiasi Perkumpulan Kerajinan dan Artistik Banyuwangi  (Asosiasi Pakarwangi) itu.

Sementara itu, intensitas pengunjung di stan pameran tersebut semakin tinggi sejak sore sampai malam. Banyuwangi Art Week berlangsung sampai malam ini. ‘’Kalau malam memang paling  ramai,’’ terangnya.

Sementara itu, ada banyak momen istimewa ketika berkunjung di pameran itu, terutama saat malam hari. Bagaimana tidak, di  sana ada seorang yang mengenakan pakaian pocong. Tak ayal, keberadaan pocong-pocongan itu  menarik perhatian pengunjung dan menambah suasana semakin  seru.

Ternyata, pemeran pocong itu adalah Aying yang notabene warga asli Jombang. Dia kerap kali hadir dalam berbagai even besar. Pria berusia 31 tahun itu adalah seorang pekerja hiburan profesional.

Keberadaan dia dengan kostum pocong cukup menarik perhatian. Banyak pengunjung yang minta foto bareng. Aying hanya memasang kotak uang untuk pengunjung yang merasa terhibur.  Konsepnya mirip dengan pengamen ala negara-negara maju.  Siapa yang merasa terhibur,  mereka secara spontan bisa meleparkan uang koin atau uang receh di kotak tersebut.

Sayangnya, Aying enggan menyebutkan berapa omzet yang didapat dari hasil ‘’ngamen’’ di arena BWI Art Week di Taman  Blambangan tersebut. Hasil pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, tidak semua  warga mau memberikan donasi  di kotak seniman jalanan itu.

Bahkan, ada pula wajah takut  pengunjung anak-anak. Sebaliknya, sebagian anak justru ingin  foto bersama pocong imitasi itu. Setelah berpose bersama, pengunjung biasanya mengisi kotak seikhlasnya. Karena Aying  tidak pernah mematok tarif untuk foto bareng.

Hasil pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, pengunjung biasanya mengisi Rp 2.000  untuk sumbangan setelah foto ersama. Ada juga yang mengisi hanya Rp 1.000. Bahkan, ada pula anak-anak yang melempar koin Rp 500 ke dalam kotak.

Berapa  pun nominal yang dimasukkan  ke dalam kotak, tampak diterima dengan senang hati oleh si pocong.  Yang juga membedakan dengan pocong asli, ternyata seniman pocong imitasi ini masih bisa menerima telepon saat beraksi.

Ketika dikonfirmasi tadi malam,  Aying mengaku tengah sibuk melayani banyak pengunjung. ‘’Maaf Mas, sekarang lagi ramai-ramainya orang. Banyak yang minta foto,’’ katanya saat dihubungi ponselnya tadi malam.  (radar)