Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Barongsai Menari di Depan Klenteng

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Barongsai-Menari-di-Depan-Klenteng

BANYUWANGI – Lima barongsai merah, emas, putih, biru, dan kuing, melompat dan berlenggak-lenggok di depan Klenteng Hoo Tong Bio di Jalan Ikan Gurami, Banyuwangi, Minggu malam kemarin (7/2). Anak-anak kecil tampak malu-malu memberikan angpau kepada barongsai yang sedang memeriahkan malam pergantian tahun baru Imlek ke-2567 tersebut.

Perayaan Imlek di Klenteng Hoo Tong Bio kemarin adalah perayaan kedua setelah peristiwa kebakaran hebat yang hampir meratakan  seluruh bangunan kelenteng pada 2014 lalu itu. Meski masih dalam kondisi pembangunan, tapi  kemeriahan khas Imlek, seperti  penampilan liang-liong dan  barongsai, tetap tersaji di salah satu kelenteng tertua di Jawa itu.

Warga sekitar Kelurahan Karangrejo dan beberapa pengguna jalan pun tak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Ada yang memotret dan ada juga pengguna jalan yang sengaja berhenti dan memarkir kendaraan di depan klenteng agar bisa menyaksikan aksi barongsai dan liang-liong itu di bawah cahaya merah lampion.

Saat para warga menyaksikan atraksi barongsai, sebagian warga Tionghoa mempersiapkan acara persembahyangan di pinggir  bangunan klenteng yang masih dalam tahap renovasi. Meski  tidak seramai tahun-tahun sebelum kebakaran, menurut Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma  (TITD) Hoo Tong Bio, Susana Indriyani, tahun ini lebih ramai daripada tahun lalu.

Sebab, sudah banyak yang  dibenahi, terutama bangunan  klenteng. Meskipun sebagian besar belum bisa digunakan, setidaknya umat dapat melihat bangunan klenteng nyaris selesai. “Sementara ini kita masih fokus  menyelesaikan pembangunan.  Nanti jika sudah selesai, mungkin  bisa kita adakan kegiatan yang lebih besar demi meramaikan  Imlek,” ujar Susan.

Sementara itu, pada tahun monyet api ini Susana mengatakan dirinya meminta umat lebih erat menjaga kerukunan. Sebab, karakter monyet api  dipenuhi sifat nakal monyet dan emosi api, sehingga umat harus lebih kuat menjaga persatuan  agar tidak mudah terjadi perselisihan.

Selanjutnya, acara pergantian tahun baru Imlek ditutup ritual  sembahyang bersama. “Kalau  di hari Imlek kita lebih banyak menghabiskan waktu saling mengunjungi. Karena saya yang paling tua, jadi tinggal menunggu yang muda-muda datang,”  ujarnya. (radar)