Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Baru di Launching Pantai Syariah Langsung Booming

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Belum genap sepekan di-launching oleh Bupati Abdullah Azwar Anas, pantai syariah Pulau Santen langsung diserbu wisatawan. Jumlah pengunjung naik drastis dibanding sebelum di-launching. Ketua Rukun Tetanggga (RT) 04/RW 02,  Lingkungan Karanganom, Kelurahan Karangrejo Slamet Efendy, 45, mengatakan, sejak di-launching oleh Bupati Anas jumlah kunjungan wisatawan mencapai 300 persen. Hari- hari biasa sebelum di-launching jumlah  pengunjung hanya berkisar 30 orang.

“Setelah  tempat ini dipoles sedemikian menarik, jumlah pengunjung bisa mencapai 120 orang setiap harinya,’’ ungkap Slamet. Membeludaknya pengunjung terjadi Minggu  pagi kemarin (5/3). Jumlah wisatawan yang datang  ke pantai syariah tidak pernah putus hingga sore hari.

“Ramainya pagi dan sore hari, tapi kalau  siang juga masih banyak,” ungkap kata Slamet. Saking banyaknya jumlah wisatawan,  kelompok masyarakat sadar wisata (Pokdarwis)  Pulau Santen (Pusan) sampai kewalahan. Bukan hanya kewalahan memberikan layanan  kepada wisatawan yang datang, tetapi juga  kewalahan melayani komplain dari wisatawan.

Sebagian besar wisatawan yang datang,  masih belum memahami konsep yang diterapkan di pantai syariah tersebut. Padahal, di sebelah pintu sudah  dipasang papan pengumuman tata tertib yang menjelaskan, jika kawasan Pulau Santen sebelah kiri jembatan diperuntukkan khusus kaum perempuan. Namun,  masih ada kaum lelaki yang menerobos masuk.

“Kami sementara hanya masih bisa memberi sekat dari kain biasa, dan masih banyak lelaki yang menerobos pagar,” ungkap Slamet  Pihaknya mencoba menegur lelaki yang menerobos agar keluar,  justru mendapat celotehan dan  cemoohan dari wisatawan pengunjung.

Maklum, wisatawan yang berkunjung rata-rata turut serta membawa suami dan putra-putrinya. Terlebih, personel petugas  di kawasan tersebut juga belum sepenuhnya dilakukan oleh kaum  perempuan seperti yang dijanjikan Pemkab Banyuwangi.

Terkait belum adanya petugas perempuan di kawasan pantai syariah, Slamet mengaku masih terkendala dan keterbatasan tenaga perempuan. Pasalnya, ibu-ibu  yang bertempat tinggal di dekat Pulau Santen tersebut masih belum  sepenuhnya bisa mengatur dan  menjadi pramuwisata.

“Jumlah ibu-ibu terbatas, hanya ada anak- anak yang masih berusia sekolah. Jadi kami sendiri juga kebingungan,” terang Slamet Kawasan pantai syariah yang  diharapkan Pemkab Banyuwangi  tampaknya harus dikaji ulang. Mengingat, kawasan itu dinilai  belum siap sepenuhnya. Apalagi, para penikmat wisatawan juga  masih belum memahami sepenuhnya konsep syariah yang dimaksud.

“Apa-apaan, kami niatnya berlibur bersama keluarga kok malah dipisah-pisah. Kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan siapa yang tanggung jawab,” keluh Sulistiyono, 45, salah seorang pengunjung asal Desa Sraten, Kecamatan Cluring.

Selain belum siap dari segipengelolaan, fasilitas yang dijanjikan pemkab seperti Puskesmas  Pembantu, serta pusat kuliner dan oleh-oleh juga belum sepenuhnya siap. “Idealnya, kalau sudah semua  siap dan tertata rapi baru di-launching. Belum ada apa-apa kok sudah di-launching. Akibatnya banyak juga wisatawan yang  kecewa,” katanya .

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, jumlah wisatawan  pantai syariah memang meningkat tajam. Pengunjung tidak dikenakan tiket masuk, hanya dikenakan penitipan motor dan mobil. Sementara untuk wisatawan yang ingin menikmati fasilitas satu set payung dan dua kursi sofa  harus menyewa terlebih dahulu  dengan tarif Rp 10.000 per jam.

Masih banyak wisatawan lelaki  dan perempuan saling bercampur dalam satu tempat. Bahkan, sejumlah muda-mudi juga tidak sungkan-sungkan bercampur dan duduk dalam satu kursi sofa di tepi pantai sembari menikmati indahnya panorama Selat Bali. (radar)