Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

BEC Jadi Konsumsi Dunia

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

bec-jadi-konsumsi-dunia

BANYUWANGI – Gawe akbar Banyuwangi  Ethno Carnival (BEC) edisi VI berlangsung meriah di Jalan Veteran sisi utara Taman  Blambangan kemarin (13/11). Meski urung  dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya, parade kostum bertema The Legend of  Sritanjung Sidopekso ini, mampu membuat  ribuan mata penonton terpuaskan.

Sebelum acara dimulai, penonton terlebih dahulu dihibur tari pembuka yaitu deretan gandrung yang membawa kipas berwarna putih. Tak cukup sampai di situ, para penari  gandrung ini ikut menjadi bagian dari fragmen kisah legenda asal muasal nama  Banyuwangi.

Ketika muncul adegan Sritanjung dan  Sidopekso berdialog, para penari mengerumuni kedua tokoh. Mereka seolah ikut merefleksikan emosi dari keduanya.  Bahkan sampai akhirnya Sritanjung memilih  untuk menceburkan diri ke dalam sungai,  para penari gandrung membuat semacam defile dari kipas-kipas membentuk sungai  dan gerakan untuk mengerumuni Putri  Sritanjung.

“Isun getun Sritanjung, Banyune Wangai,” begitulah kira-kira dialog dari patih Sidopekso sebelum menutup fragmen cerita opening. Selanjutnya giliran Putri Pariwisata 2015, Dinka Faradiba tampil sebagai pembuka. Usai opening defile, para talent BEC yang  menampilkan keunikan legenda Sritanjung  Sidopekso dalam bentuk kostum.

Para talent yang membawakan talent Sidopekso berusaha menampilkan kesan gagah Patih Sindurejo itu. Kemudian, para pembawa tema Sritanjung juga melakukan hal yang sama. Mereka berusaha menampilkan gesture tokoh keturunan bidadari itu dengan  kostum yang didominasi warna  hijau.

Dan terakhir sebelum closing, giliran para penari Sulaha dikromo yang menampilkan kepongahan raja yang telah memfitnah Sritanjung. Usai kegiatan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas  menyebut, jika BEC mempunyai tiga tujuan. Pertama adalah upaya mengenalkan budaya lokal ke publik global.

Hal ini dianggap sedikit berbeda dengan konsep  karnaval di lokasi lain yang lebih memilih membawa budaya luar ke daerah. Kedua, event pariwisata  ini adalah ruang untuk mengapresiasi anak-anak Banyuwangi   yang bergiat di bidang senibudaya. Ketiga, menggerakkan ekonomi masyarakat yang terpacu  karena adanya perputaran wisatawan yang luar bisa.

“Hotel penuh, kuliner laris, oleh-oleh ludes, jasa-jasa penunjang  bergerak seperti jasa transportasi,  pemandu wisata dan lain-lain.  Selain itu salah satu problem  pengembangan seni-budaya kita  selama ini adalah minim apresiasi. Latihan terus tapi tidak ditonton  ribuan orang. Dengan event ini,  apresiasi dilakukan sekaligus bagian dari regenerasi pencinta seni-budaya,” ujar Anas.

Sementara itu, Karnaval yang mengisahkan asal mula berdirinya Banyuwangi ini juga diikuti oleh 40 wisatawan mancanegara yang  ikut berparade. Di antaranya  berasal dari Rusia, Belarusia, Amerika Serikat, Prancis, dan  Italia. Mereka berpakaian layaknya penari Gandrung dan  ikut  berjalan menyapa masyarakat Banyuwangi.

Para wisatawan itu kebetulan sedang berlibur di Banyuwangi lalu ditawari untuk ikut tampil dan mereka menyambut antusias.”Ini pertama kalinya saya berlibur di Banyuwangi dan langsung terlibat di acara yang   unik ini, sangat menyenangkan sekali,” kata Dzmitry Magvay Nedashkouskiy, wisatawan asal Republik Belarusia.

BEC ini dihadiri sejumlah tokoh penting. Antara lain Bupati Raja Ampat Papua, Bupati Bandung Barat, Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Wati Murani dan Konsulat Jenderal Jepang Yoshiharu Kato. Bahkan Konjen Jepang mengatakan sangat terkesan dengan parade kostum etnik kontemporer  ini.

“Kostumnya bagus. Saya benar-benar kagum,” kata dia. Asisten Deputi Kemenpar, Wati  Murani juga menambahkan jika  konsistensi Banyuwangi meneruskan BEC hingga seri ke enam menunjukkan kreativitas dan inovasi yang sangat baik dari  Banyuwangi sendiri.

“Saya apresiasi visi dan misi Bupati Banyuwangi. Dengan wujud budaya Banyuwangi  yang ada dalam pergelaran ini akan menjadi evaluasi dan laporan  kami pada menteri,” kata Wati Murani. Sayangnya penanganan terkait penataan penonton sepertinya masih menjadi pekerjaan rumah  bagi penyelenggaraan BEC kali  ini.

Karena kurang ketatnya pengamanan pagar, para penonton masuk ke jalan hingga membuat para penari BEC tak bisa  bergoyang bebas. Tak hanya itu,  posisi penonton yang masuk sembarangan ke jalur penari membuat  para fotografer dan awak media kesulitan mengambil gambar.

Sementara itu sekitar pukul  16.00 sore kemarin, kemacetan tidak bisa dihindari di beberapa  titik kota. Sebab, puluhan ribu  penonton bubar menonton  parade BEC secara hampir bersamaan. Titik macet terpantau  tidak hanya di lintas timur kota.

Sisi lingkar barat kota yang biasa  jarang dilanda kemacetan, justru  terjadi penumpukan kendaraan.  Selain ada proyek aspal di sisi  timur doubleway jalan Hayam  Wuruk, macet parah juga terjadi sepanjang Jalan MH Thamrin. Kondisi semakin memburuk  ketika persis di pertigaan Hotel Giri Indah terdapat sebuah sedan  yang mogok. Namun sekitar pukul 17.30, kemacetan berangsur terurai. (radar)