Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Belajar Menggambar dari Maestro Moses Misdy

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Bambang menunjukkan lukisan mural di rumahnya Dusun Paliran, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro.

SEKOLAH Dasar Negeri (SDN) 2 Tukang Kayu boleh dibilang beruntung. Persis pada dinding yang menjadi pembatas sekolah dengan bangunan yang ada di sebelahnya, karya Bambang Siswanto berupa lukisan tiga dimensi (mural) turut melengkapi keindahan taman yang berada persis di dekat pintu masuk sekolah.

Lukisan yang dibuat karyawan KMP Trisila Bhakti I ini mengambil konsep alam. Sebuah panorama gunung lengkap dengan keindahan pantai menjadi gambar yang menjadi pilihan memperindah taman sekolah.

Gambar itu melukiskan sekelumit potensi dan keindahan alam yang dimiliki Banyuwangi. Mengenakan kaus dan celana potongan setempat. Bambang tampak duduk bersantai di bawah rindangnya pohon taman.

Pria kelahiran 1 Juli 1965 ini tengah beristirahat setelah berusaha merampungkan order lukisan tiga dimensi pada dinding pembatas yang dipesan pihak sekolah. Di sebelahnya, tampak beberapa peralatan melukis seperti roll, kuas, hingga aneka cat yang dipakai untuk membuat karya lukisnya.

Menekuni seni lukis mural baginya bukan hal baru. Meski sejatinya dia berangkat sebagai pelukis dari media kanvas. “Tidak ada masalah dan bedanya. Kalau dinding tentu lebih luas medianya,” katanya.

Melukis mural memang tidak sama dengan melukis di atas kanvas. Perlu beberapa adaptasi untuk melakukannya. Termasuk di antaranya menyesuaikan gambaran ide dengan luas dinding yang akan digunakan sebagai medianya.

Beberapa peralatan tambahan dibutuhkan seperti roll. Alat ini dianggap lebih praktis untuk melapisi dinding dangan lebih cepat dan rata. Selain itu penggunaan roll juga bisa mempercepat dalam menyelesaikan pekerjaan, khususnya pembuatan dasar.

Beberapa bagian motif juga bisa digunakan dengan kuas berbentuk penggilingan ini. Sebagai finishing, Bambang tetap mempergunakan peralatan seperti kuas. Ini digunakan untuk mempertajam efek dan penguatan gambar yang dibuatnya.

“Gambarnya spontanitas saja. Roll dan kuas membantu untuk dasaran sampai motif dan finishing gambar,” tegasnya. Pilihan cat pun juga menjadi pertimbangan. Bambang tidak mempergunakan cat tembok karena sifatnya yang tidak tahan lama. Dia pun membuat ramuan atau campuran cat tersendiri.

Berkutat dengan gambar sudah dilakoni Bambang sejak masih berstatus pelajar. Gambar bercerita alias komik menjadi favoritnya. Maka tidak mengherankan banyak buku gambar yang kemudian disulap menjadi buku komik.

Sayangnya hobi itu sempat terhalang minimnya media yang digunakan. Dia kesulitan memenuhi banyaknya buku gambar untuk menampung hobinya. Tidak kehilangan akal, Bambang pun berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh buku gambar milik teman satu kelasnya.

Tidak butuh lama, buku itu penuh dengan gambar cerita. Hobi dan minatnya yang tinggi terhadap dunia seni membuat Bambang memutuskan untuk belajar. Adalah pelukis Moses Misdy yang mengasah kemampuan menggambar Bambang.

Bila dulu buku gambar menjadi sarana kreasinya, pertemuan dengan sang maestro lukis Banyuwangi ini membuatnya berlalih ke kanvas sebagai media kreasinya (radar)