Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Belasan Desa masih Kekurangan Air Bersih

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Musim kemarau di Kabupaten Banyuwangi menyebabkan kekeringan di sejumlah desa. Bahkan, 14 desa di Kecamatan Wongsorejo dan Tegaldlimo kini kekurangan air bersih. Dari 14 desa yang butuh air bersih itu, sembilan desa berada di wilayah Kecamatan Wongsorejo, dan lima desa berada di Kecamatan Tegaldlimo. “Ada 14 desa yang kekurangan air bersih,” cetus kepala bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, Joko Sugeng.

Joko menyebut, kondisi 14 desa itu sudah darurat. Saat ini pihaknya bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN) masih menyuplai kebutuhan air bersih untuk masyarakat. “Untuk kebutuhan minum saja susah,” ungkapnya. Menurut Joko, lima desa yang kekurangan air bersih di Kecamatan Tegaldlimo itu adalah Desa Kedungasri, Wringin Pitu, Kendalrejo, Purwoagung, dan Kalipahit. “Lima desa itu wilayahnya sudah kering,” sebutnya. Sembilan desa di Kecamatan Wongsorejo itu, beber dia, meliputi Desa Bengkak, Alas Buluh, Wongsorejo, dan Desa Watukebo.

Desa lain yang juga kekurangan air bersih adalah Desa Sidodadi, Bangsring, Alasrejo, Sidowangi, dan Sumberanyar. “Warga di sembilan desa ini kesulitan mendapatkan air bersih,” ungkapnya. Pada musim kemarau ini, masih kata dia, sebenarnya desa yang mengalami kekeringan cukup banyak. Laporan yang diterima para camat, saat ini ada 52 desa di 14 kecamatan yang mengalami kekeringan. “Dari 52 desa itu, 14 desa kondisinya darurat,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Banyuwangi Wiyono menyebut, 14 desa yang kekurangan air bersih itu sebenarnya sudah sering kekurangan air setiap musim kemarau. “Untuk mengatasinya, perlu penanganan yang permanen,” sebutnya. Namun, lanjut dia, penyelesaian secara permanen membutuhkan dana cukup besar. “Mengatasi kekurangan air bersih di 14 desa itu minimal membutuhkan dana Rp 2 miliar,” katanya. Dana sebesar itu digunakan gratifi kasi air, yaitu membuat saluran air dari atas dan disalurkan ke perumahan penduduk dengan cara membuat tandon. Selain itu, juga untuk pembuatan sumur artesis atau pembuatan sumur dengan kedalaman lebih dari 100 meter. “Biayanya memang cukup besar,” sebutnya. (radar)