Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Benar-benar Cinta Suami sampai Mati

CINTA: Tulisan tangan di tembok rumah Ana Yuliati di Desa Genteng Kulon.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CINTA: Tulisan tangan di tembok rumah Ana Yuliati di Desa Genteng Kulon.

Rasa cinta Atim Yuliati alias Ana Yuliati, 34, terhadap suaminya benar-benar mendalam. Meski sekujur tubuhnya lebam diduga akibat penganiayaan suami, perempuan itu masih menunjukkan rasa cinta sehidup-semati kepada suami.

-ABDUL AZIZ, Genteng-

HUBUNGAN suami istri (pasutri) Eko Priyono, 36, dan Atim Yuliati alias Ana Yuliati sebenarnya sudah lama sudah diketahui tidak harmonis oleh pihak keluarga. Bahkan, sejak sebelum menikah, Eko sudah memiliki masalah dengan mertuanya. Sebab, ketika masih pacaran sekitar sepuluh tahun silam, Eko sering membawa Yuliati keluar rumah sampai beberapa hari.

Melihat anaknya sering dibawa keluar rumah, ibu kandung Atim Yuliati, yaitu Siti Mariati, 53, meminta agar Eko segera melamar anak bungsunya tersebut. Namun, beberapa kali Mariati dan saudaranya menyampaikan permintaan itu, Eko tak mau menurut. Bahkan, Eko tidak menentukan waktu yang jelas. Lantaran kesal, suatu ketika Mariati pun mendesak Eko.

Janda yang sudah lama ditinggal mati suaminya tersebut meminta agar Eko secepatnya menikahi anaknya. Sebab, kondisinya memang sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Kala itu, Atim sudah hamil dua bulan. “Waktu itu saya minta agar segera menikah,” tutur Mariati ditemui di rumahnya, di Dusun Curah Ketangi, Desa Setail, Kecamatan Genteng, kemarin (14/8).

Permintaan tersebut akhirnya dipenuhi Eko. Dia pun menikahi Atim sebagaimana tuntutan Mariati. Namun, pernikahan tersebut ternyata menjadi awal penderitaan bagi Atim. Sebab, sepengetahuan Mariati, anaknya sering kali menerima perlakuan tidak wajar dari sang suami. Bahkan, Atim yang kala itu sudah di boyong oleh suaminya ke Dusun Krajan, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, sering pulang ke rumah orang tua kandungnya dengan kondisi tubuh penuh lebam.

Lebam seperti bekas terkena pukulan benda tumpul tersebut kadang ada di wajah dan tangan. Namun, setiap kali ditanya oleh ibu dan saudara-saudaranya di kampung, Atim tidak pernah berterus terang. Dia termasuk istri yang pandai menyimpan aib suami. Dia tak pernah bilang bahwa lebam itu akibat perlakuan kasar Eko. “Setiap kali ditanya terkait lukanya, dia bilang baru jatuh,” tutur Harti, bibi almarhumah.

Tetapi, semakin lama usia pernikahan mereka, perlakuan kasar yang diduga dilakukan Eko itu semakin menjadi-jadi. Apa-lagi, Eko sering datang ke rumah mertuanya dalam kondisi mabuk miras. Bahkan, tak jarang Eko bertengkar dengan saudara-saudara istrinya. Saat pernikahan mereka memasuki usia tujuh tahun, Atim nyaris melayangkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama (PA).

Dia dan keluarga ibunya sudah mengurus surat untuk kepentingan tersebut. Namun, suatu malam ketika Atim hendak melayangkan gugatan cerai, mendadak Eko datang ke rumah mertuanya. Pagi itu, Eko mengajak istrinya pulang ke Genteng Kulon. Gugatan cerai itu pun akhirnya batal didaftarkan. Bahkan, belakangan, pasutri yang sebelumnya sudah memiliki dua anak tersebut, kembali dikaruniai dua anak lagi.

Satu anak dirawat seseorang di Desa Genteng Kulon, dan satu anak lagi yang di lahirkan di RSUD Genteng konon dirawat seseorang di Kecamatan Kalibaru. “Tapi saya nggak tau anaknya seperti apa, karena katanya dijual ke orang Kalibaru,” tutur Mariati sambil berusaha menahan air mata. Meski dikaruniai dua anak lagi, tapi perlakuan kasar yang dilakukan Eko terhadap istrinya tidak berhenti.

Orang tuanya ma sih sering melihat Atim menerima penganiayaan. Lagi-lagi, karena Atim pandai menutupi aib suaminya, saat ditanya ibu dan keluarga nya, dia tidak mengaku. “Meski sering di ha jar, Atim tetap cinta kepada suaminya. Nggaktahu dia itu kerasukan apa, kokbisa sampai kayak gitu,” tutur Harti. Besarnya rasa cinta Atim kepada sang su ami tersebut tampaknya memang benar. Menjelang meninggal, almarhumah diduga masih sempat menulis isi hatinya dengan darah di dinding rumahnya. Tulisan itu adalah “Aku cinta kamu sampai mati. Ana Yuli”. (radar)