Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Bitaria Citra Dewi, Diplomat Asal Banyuwangi di Inggris

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Menjaga Informasi Bebas Penyadapan di Kedutaan Banyak muda-mudi Bumi Blambangan yang sukses berkarir di luar negeri. Salah satunya adalah Bitaria Citra Dewi, 29, gadis kelahiran Purwoharjo, Banyuwangi ini. Alumnus SMAN 1 Glagah itu, kini punya tanggung jawab penting sebagai staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Inggris

BITARIA Citra Dewi mengaku tidak pernah membayangkan sebelumnya, dirinya bisa bekerja sebagai salah satu staf KBRI di London, Inggris. Perempuan yang akrab disapa Bita itu juga mengaku tak pernah membayangkan, jika dirinya kini bisa mengabdi untuk Bangsa dan negara. Menjadi seorang ahli komunikasi di KBRI tak sempat terpikir olehnya. Dia hanya berkeinginan bisa menjadi orang yang berguna bagi negeri dan bangsa. Sejak kecil, putri pasangan Sulihtiyono dengan Titin Sunarlik itu sebenarnya bercita-cita menjadi dokter.

Namun takdir Tuhan berkata lain. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Glagah pada tahun 2003 silam, dia melanjutkan kuliah di Politeknik Elektronika ITS Surabaya. Di kampus tersebut, dia mendalami jurusan Teknik Telekomunikasi. Sejak saat itu, kakak dari Cahya Mustika Narendri dan adik dari Ari Ratna Dwita itu berkeinginan bisa berkeliling dunia. Selama menjadi mahasiswa di Kota Pahlawan Surabaya, perempuan yang lahir pada 22 April 1984 silam itu dikenal sangat rajin belajar.

Bita juga aktif sebagai anggota laboratorium jaringan komputer di tempatnya belajar Hari-harinya, nyaris dihabiskan untuk mengutak-atik materi yang didapat dari kampus. Namun demikian, bukan berarti dia melupakan aktivitas sebagaimana anak muda yang lain. Sesekali, dia memang mengisi waktu luang dengan bermain band dengan teman-temannya. Namun prioritas utama gadis berzodiak Aries itu adalah belajar dan belajar. Berkat ketekunan dan semangat belajarnya yang tinggi, Bita bisa merampungkan masa kuliah tepat waktu.

Pada tahun 2006, dia resmi lulus dari Politeknik ITS Surabaya. Kebetulan, saat itu sedang dibuka lowongan untuk menjadi pegawai di Kementerian Luar Negeri. Mengetahui informasi tersebut, dengan percaya diri Bita mendaftar untuk ikut seleksi. Motivasinya pun sangat sederhana, agar bisa travelling gratis ke luar negeri. Meski demikian, segala cara dipersiapkan untuk tes terebut. Akhirnya dengan usaha dan kerja keras, Bita bisa menyisihkan para pelamar lainnya. Tugas pertama yang diterima pun cukup bergensi.

Dia ditempatkan di KBRI di kota London. Hidup di negeri orang, mengharuskannya dia beradaptasi dengan lingkungan sana. Bita harus membiasakan diri dengan kondisi cuaca. Budaya dan juga adat masyarakat Inggris yang berbeda. Saat ini, Bita tinggal di Hendon, sebuah kawasan di North West London. Untuk menuju tempat kerjanya di kantor KBRI di Central London, Bita biasa menempuh perjalanan sekitar 40 menit. Bila menggunakan kendaraan umum, Bita mengeluarkan uang sekitar 1,4 Poundsterling untuk sekali jalan.

Meski hidup di negara yang modern, tetap saja menyisakan suka duka. Kerinduan kepada keluarga di kampung halaman, kerap menjadi “penyakit” yang menghinggapi Bita. Meski komunikasi kini telah tersedia dalam berbagai bentuk teknologi, Bita tetap saja merasa kangen tidak bisa disembuhkan dengan hanya sekadar BBM-an atau telepon. ”Kalau kangennya sudah pol, saya telepon keluarga, dan ngabsen satu per satu orang yang ada di sana,” ujarnya.

Saat ini, posisi yang dipegang Bitaria di KBRI cukup penting. Sejak 23 september 2011 lalu, dia menjadi pejabat komunikasi di KBRI London. Tugas utamanya adalah sebagai penyampai informasi berita resmi KBRI, dan mengamankan dari kemungkinan penyadapan. Dia harus memastikan berita yang dikirim ke KBRI di seluruh dunia, maupun sesama embassy di Inggris secara aman. Apalagi, akhir-akhir ini sedang marak isu penyadapan yang dilakukan AS terhadap para pejabat negara.

Tentu saja, isu penyadapan ini membuat Bita harus bekerja semakin keras dan waspada. Sementara itu, ibunda Bita, Titin Sunarlik mengakui, keberhasilan anaknya dalam menempuh karir itu tidak hanya ditentukan faktor intelektual semata. Faktor yang lebih penting adalah konsistensi dan ketekunan. Setidaknya, itu yang dibiasakan kepada putrinya sejak kecil.
Menurut Titin, putri keduanya itu memang terlihat tekun dalam belajar sejak masih kecil. Selain penurut, Bita juga dikenal sangat disiplin.

Setiap pukul 15.00, Bita tidak pernah melewatkan tugas sehari-harinya menyapu halaman rumah. Bahkan, Bita selalu berpesan sebelum bermain agar sang ibu mencarinya ketika hampir pukul 15.00. Selain itu, prestasi Bita di sekolah terlihat menonjol. Anak kedua Titin Sunarlik itu sejak kecil sudah menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaran bahasa Inggris. Hobi terhadap bahasa Inggris terlihat dari prestasi yang diperoleh. “Kelas dua SMP, dia jadi juara lomba pidato bahasa Inggris,” kenang Titin.

Setiap kali pulang sekolah, Bita tidak pernah melewatkan waktu sejenak untuk belajar. Selain itu, yang paling membedakan dari anak seusianya saat itu, adalah kebiasaannya menabung. Tanpa diminta kedua orang tuanya, uang saku yang diberikan untuk jatah jajan di sekolah, selalu disisihkan separonya untuk ditabung. ”Saat TK itu saya ngasihnya Rp 50, itu yang Rp 25 selalu dia tabung,” jelas Titin. Kebiasaan menabung berlanjut hingga dia duduk di bangku SD. Uang saku Rp 100 juga dia sisihkan Rp 50 untuk ditabung.

” Waktu itu, kalau di sekolah dia haus, maka ia tanpa malu akan minta air ke temannya. Sementara uangnya ditabung,” kenang Titin sambil tertawa. Menurut Titin, sering kali orang beranggapan kesuksesan yang diraih Bita semata karena posisi ayahnya yang kini menjabat sebagai Kepala Dispendik Banyuwangi. Padahal, pencapaian positif yang diraih Bita itu murni karena buah ketekunannya belajar. Bahkan, ketika tes di Kemenlu, ada peserta lain yang merupakan anak pejabat di lingkungan Istana Negara. Ternyata, Bita bisa menyisihkan dalam tes tersebut. ”Anak siapa pun bisa berhasil, yang penting rajin belajar, dan gizinya diperhatikan sejak kecil,” tegas Titin.(radar)