Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Budi Daya Mutiara Seluas 150 Ha

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SETELAH sekitar satu jam lamanya menikmati pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan laut di Blok Perpat, rombongan tim ekspedisi akhirnya memilih untuk menepi di pinggir pantai. Tepatnya di sebuah camp milik TNAP yang digunakan sebagai tempat istirahat para karyawan budi daya mutiara PT. Disthi Mutiara Suci.

Dengan menggunakan boat kecil, seluruh anggota ekspedisi ditransfer menuju bibir pantai. Kita menggunakan kapal kecil bermesin untuk mendarat ke pantai, karena speed boat KM Banteng Laut tidak bisa merapat. Butuh kedalaman air minimal 1,5 meter agar kapal berbahan fiberglass tersebut tidak kandas.

Sesampai di camp tersebut, beberapa anggota tim ekspedisi JP-Raba langsung memilih untuk mencari kamar mandi. Rasa mual yang tidak tertahankan menjadi alasan mengapa beberapa anggota tim ekspedisi memilih untuk pergi ke kamar mandi.

”Ke kamar mandi dulu, perut tidak karuan,” ujar Kabiro Radar Genteng, Agus Baihaqi. Kami yang basah kuyup setelah melakukan snorkeling bergantian pergi ke kamar mandi untuk sekadar bilas dan ganti baju. Kami mengira, air di kamar mandi tersebut adalah air tawar, melainkan air yang ada di kamar mandi tersebut adalah air asin.

Namun, rasa dingin segar dari air yang ada di kamar mandi tersebut tidak bisa remehkan. ”Airnya segar tapi asin,” kata anggota ekspedisi JP-Raba, Ali Nurfatoni. Setelah semua bilas dan ganti baju, rombongan berkumpul di tempat makan yang ada di camp tersebut.

Lagi-lagi menu minuman hangat disuguhkan kepada kami. Selain kopi hangat, beberapa anggota tim ekspedisi yang tidak suka kopi dibuatkan teh hangat oleh karyawan PT. Disthi Mutiara Suci untuk menghangatkan tubuh yang telah bernasah-basahan.

Menu minuman hangat sudah kita nikmati, selanjutnya kita disuguhi oleh tuan rumah dengan menu makan siang lagi. Jika di Pantai Sembulungan kita makan dengan menu nasi hangat, sayur koro dan ikan asin. Kali ini di camp PT. Disthi Mutiara Suci kami disuguhi menu makanan sambel pecel dengan ayam goreng.

Meski sederhana, makanan yang disajikan sangat begitu nikmat terasa di perut. Di camp tersebut memang sehari-harinya digunakan sebagai tempat singgah para karyawan budi daya mutiara. Tempat tersebut di pilih lantaran jarak budi daya mutiara yang ada di tengah laut tersebut sangat jauh jaraknya dengan pelabuhan Muncar.

”Iya, ini memang sebagai tempat stay para karyawan. Ada 90 orang yang tinggal di sini,” kata Direktur PT. Disthi Mutiara Suci, Taufik Dwikomara. Taufik menuturkan, budi daya mutiara memilih laut yang ada di Blok Perpat lantaran laut di sana masih sangat alami.

Letak laut yang sangat jauh dari permukiman warga memungkinkan budi daya mutiara di sana bisa berkembang biak dengan baik. ”Selain itu, disini juga jauh dari industri-industri. Jadi lautnya masih alami,” tambahnya. Budi daya mutiara itu berdiri sejak tahun 2006.

Untuk satu tahun, PT. Disthi Mutiara Suci bisa memanen mutiara sebanyak 100 kilogram dengan mutiara yang dipanen berdiameter 10 – 14 milimeter. ”Luas areal budi daya mutiara di laut sekitar 150 hektare di tengah laut. Jarak dari bibir pantai sekitar 15 – 40 meter.

Satu kerang hanya ada satu butir mutiara,” tuturnya. Kerang-kerang yang digunakan sebagai budi daya mutiara bukanlah kerang asli dari areal laut Teluk Banyu Biru, melainkan kerang tersebut didatangkan langsung dari Pulau Lombok. ”Mutiara kita jual ke Australia.

Kebanyakan yang kita panen ukuran mutiaranya hampir sama yaitu antara 10 – 11 milimeter,” jelas Taufik.
Dalam sehari-harinya, para karyawan PT. Disthi Mutiara Suci rutin untuk mengecek kerang-kerang yang ada di tengah laut tersebut.

Secara bergantin karyawan-karyawan tersebut membersihkan kerang dari kotoran-kotoran maupun lumut-lumut yang menempel di kerang budi daya mutiara tersebut. ”Harus bersih kerang-kerangnya biar tumbuh dengan baik,” tuturnya. Keasyikan mengobrol membuat kita hampir lupa waktu.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.30, akhirnya setelah perut kita kenyang dan sedikit cerita tentang budi daya mutiara, rombongan memutuskan untuk pulang menuju Kantor Resort Tanjung Pasir, Dusun Krajan, Desa Ringinputih, Kecamatan Muncar. Cuaca mendung terlihat di atas langit saat kita akan pulang.

”Ayo kita pulang, waktu sudah semakin sore. Jangan sampai kita masih di tengah laut saat malam hari,” seru kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Wilayah II Seksi Muncar,Lugi Hartanto kepada seluruh  anggota tim ekspedisi. (radar)