Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Buka Kotak Amal, Sehari Dapat Rp 800 Ribu

LEBIH JELAS: Warga melihat foto gua yang dipasang di dinding gedhek di Dusun Pasinan, Desa/Kecamatan, Singojuruh, kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
LEBIH JELAS: Warga melihat foto gua yang dipasang di dinding gedhek di Dusun Pasinan, Desa/Kecamatan, Singojuruh, kemarin.

Heboh Temuan Gua di Dusun Pasinan, Singojuruh

Gua yang baru ditemukan di Dusun Pasinan, Desa/ Kecamatan Singojuruh, hingga kemarin masih ramai dikunjungi warga. Sayang, pengunjung tidak bisa menyaksikan langsung gua tersebut lantaran kondisinya tidak memungkinkan. -ALI NURFATONI, Singojuruh-

DI TEPI jalan raya Dusun Pasinan, tepatnya di depan Balai Desa Singojuruh, banyak orang keluar masuk di pintu pagar berbahan gedhek (anyaman bambu). Di tempat itu, ada sejumlah foto gua berukuran sedang dipasang di sekitar pin- tu masuk tersebut. Sebelum pintu masuk pagar, ada sejumlah kardus bertuliskan “kotak amal” .

Kotak amal itu untuk pembangunan masjid. Di samping itu, ada sejumlah pria yang sedang berjaga-jaga. Layaknya petugas penarik karcis, setiap pengunjung yang mau masuk ke lahan seluas 20 x 10 meter itu, pria tersebut menyarankan mereka mengisi kotak amal. Lantaran bentuknya sukarela, petugas dari unsur warga sekitar tersebut tidak memaksa.

Bagi pengunjung yang mempunyai uang lebih, mereka bisa memberikan sejumlah uang ala kadarnya. Meski sejatinya mereka tidak bisa melihat langsung gua tersebut, mayoritas pengunjung tetap mengisi kotak amal. Pengunjung tidak bisa melihat gua itu secara langsung karena gua tersebut berada di kedalaman 2 meter di bawah permukaan tanah.

Selain itu, gua tersebut juga sempit dan hanya sepanjang 16 meter. Agar bisa melihat, setiap pengunjung harus turun ke selokan yang berimpitan dengan sumur tersebut. Itu pun mereka harus siap-siap kotor plus basah. Meskipun sudah dikuras, tapi kemarin sekitar gua tersebut tetap dipenuhi air. Tentu saja, kondisi tersebut membuat pengunjung tidak bisa menyaksikan gua itu secara langsung.

Apalagi, mereka yang berdandan necis, tentu risi dan enggan turun ke selokan. “Guanya tidak bisa dilihat. Mau dilihat apanya. Wong lokasinya seperti itu. Saya cuma lihat dari atas, itu saja tidak bisa,” ujar Fauzi, pengunjung asal Desa Sragi, Kecamatan Songgon. Warga mengaku penasaran dengan pemberitaan di media tentang penemuan gua misterius tersebut.

Sejak penemuan gua tersebut termuat di koran ini, setiap hari banyak warga yang datang. Sebagian dari mereka sempat kecewa lantaran tidak bisa melihat langsung dari dekat. Melihat antusiasme warga seperti itu, Suparman, pemilik lahan-gua tersebut mempunyai trik tersendiri agar pengunjung tidak kecele, yaitu memasang sejumlah foto di sekitar lokasi.

Selain itu, warga sekitar juga menaruh kotak amal untuk pembangunan masjid. Pemilik lahan mengaku dalam sehari kotak amal itu bisa menghasilkan jutaan rupiah. ‘’Hari Selasa dapat Rp 600 ribu, Rabu dapat Rp 800 ribu. Kalau sekarang saya belum tahu dapat berapa,” ujar Suparman, 42. Dari hari ke hari, jumlah pengunjung terus bertambah.

Agar pengunjung bisa berteduh dan tidak kepanasan serta tidak kehujanan, maka disiapkan terop. “Ini gratis, disiapkan panitia pembangunan masjid. Lantaran gratis, nanti semua sumbangan juga diberikan ke masjid. Saya nggak minta sepeser pun,” katanya. Dia menegaskan, lahan di atas gua tersebut adalah lahannya sendiri. Dia sendiri yang menemukan gua tersebut.

Suparman membantah jika lahan tersebut bukan miliknya. Sebab, tersiar kabar di internet bahwa lahan tersebut milik orang lain. “Saya risi mendengar kabar di internet itu. Katanya tanah ini bukan milik saya,” sesalnya. Terkait penemuan gua tersebut, dirinya merasa bingung bekerja. Sebab, tempatnya bekerja dijubeli warga.

Padahal, pembuatan sumur tersebut sejatinya untuk suplai air budi daya jamur. ‘’Saya dibilang susah ya susah, dibilang nggak ya nggak. Ini saya masih bingung cari air untuk budi daya jamur,” kata bapak beranak dua itu. (radar)