Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Cara Jitu Membasmi Hama Wereng

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

caraManfaatkan Jamur, Wereng Mati dalam Tiga Hari PUSO atau gagal panen. Itulah risiko terberat yang dihadapi para petani. Salah satu hama yang kerap kali mengakibatkan puso –khususnya tanaman padi– adalah wereng. Sebab, hanya dalam tempo beberapa hari, batang tanaman padi yang diserang serangga pengisap cairan tumbuhan tersebut akan mengering.  Sejak puluhan tahun tera khir, hama tanaman yang satu ini seolah menebar teror bagi para petani.

Namun sayang, selama itu pula, upaya pemberantasan wereng masih belum membuahkan hasil signifikan. Berbagai jenis insektisida disemprotkan ke tanaman padi yang terserang wereng, tetapi nyatanya masih banyak tanaman padi yang gagal panen. Kalau pun masih bisa dipanen, hasil panen yang berhasil diraih jauh dari kata memuaskan. Petani pun tetap rugi besar. Kabar baiknya, Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Dispertahutbun) Banyuwangi belakangan menemukan cara jitu memberantas hama wereng. 

Caranya dengan memanfaatkan musuh alami binatang tersebut. Musuh alami wereng yang dimaksud adalah Lecanicillium Lecanii (sejenis jamur). Kepala Dispertahutbun Banyuwangi, Ikrori Hudanto mengatakan, setelah diinventarisasi, ada sebelas penyakit yang menyerang wereng.Nah, dari sebelas penyakit tersebut, dipilih satu jenis penyakit yang paling ganas, yakni Lecanicillium Lecanii. Wereng yang terserang jamur tersebut bisa mati hanya dalam waktu tiga hari.

Kabar baiknya lagi, pemberantasan wereng dengan menyemprotkan Lecanicillium Lecanii tersebut tidak meninggalkan racun pada tanaman. “Selain untuk memberantas wereng, penyemprotan juga bisa dilakukan sebagai upaya preventif atau mencegah wereng menyerang tanaman padi,” terangnya Senin (12/5). Sementara itu, Ibnu Taji, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Licin dan Glagah mengatakan, dirinya mulai menguji coba penggunaan jamur Lecanicillium Lecanii untuk memberantas wereng sekitar Februari lalu. 

Saat itu, serangan hama wereng di wilayah kerjanya mengganas. Jamur Lecanicillium Lecanii itu dia dapat dari tubuh wereng yang mati. Tubuh wereng yang mati itu lantas dia isolasi. Setelah diteliti, tubuh wereng yang mati itu ternyata terserang salah satu jenis jamur tersebut. “Saya menemukan wereng yang mati terserang Lecanicillium Lecanii itu sekitar November 2013. Jamur itu lantas dikembangkan dengan media ekstrak kentang dan gula,” ujarnya Sabtu (31/5).

Setelah berhasil mengembangbiakkan Lecanicillium Lecanii dalam jumlah banyak, Ibnu Taji mulai melakukan uji coba dengan menyemprotkan jamur tersebut ke tanaman padi. Dia mengaku jamur tersebut sangat ampuh membasmi wereng. “Hanya dalam waktu tiga hari, wereng yang diserang Lecanicillium Lecanii langsung mati. Bahkan bukan hanya efektif membunuh wereng, jamur itu juga cukup ampuh membunuh walang sangit,” beber warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah tersebut. 

Ibnu mencontohkan, di Desa Paspan, Kecamatan Glagah, ada sekitar 15 hektare (Ha) lahan tanaman padi yang terserang wereng cokelat. Hebatnya, satu-satunya lahan tanaman padi yang disemprot agen hayati itu bebas dari serangan serangga anggota ordo Hemiptera alias kepik sejati tersebut. “Begitu juga dengan padi yang disemprot Lecanicillium Lecanii saat baru tanam, hingga usia 40 hari saat ini (Sabtu), tanaman padi tersebut masih bagus. Sedangkan tanaman padi lain di sekitarnya yang tidak disemprot saat ini mulai diserang wereng,” kata dia.

Ibnu menjelaskan, dengan memanfaatkan Lecanicillium Lecanii, penyemprotan hanya perlu dilakukan selama sekali. Untuk menyemprot tanaman padi umur 20 sampai 30 hari, hanya diperlukan delapan sampai sepuluh tangki per Ha dengan dosis 200 cc per liter. Sedangkan untuk tanaman padi umur 30 hari lebih, per Ha dibutuhkan 20 tangki dengan dosis Lecanicillium Lecanii 200 cc per liter. Kelebihan lain, dengan memanfaatkan jamur tersebut, petani bisa lebih berhemat.  

Sebab, ekstrak Lecanicillium Lecanii dijual hanya seharga Rp 15 ribu per liter. Tidak hanya itu, imbuh Ibnu Taji, petani bisa dengan mudah mengembangbiakkan Lecanicillium Lecanii. Caranya, petani tinggal menyiapkan 17 liter air sisa rebusan kedelai yang bisa didapat dari pembuat tempe. Selain air sisa rebusan keselai, petani juga harus menyiapkan enam ons gula pasir. Campuran air sisa rebusan kedelai plus gula itu lantas tinggal dimasukkan ke dalam galon lalu dicampur dengan satu liter air yang mengandung Lecanicillium Lecanii.

“Selang 14 hari kemudian sudah jadi. Artinya kita sudah memiliki 18 liter Lecanicillium Lecanii. Itu bisa dipakai untuk menyemprot sekitar 20 Ha tanaman padi,” terangnya. Ibnu mengklaim hingga saat ini lahan tanaman padi yang berhasil diselamatkan dengan penyemprotan Lecanicillium Lecanii itu mencapai sekitar 140 Ha yang tersebar di Kecamatan Glagah. “Bahkan barubaru ini ada pesanan dalam jumlah besar dari petani asal Mojokerto. Karena mereka yakin akan khasiat jamur Lecanicillium Lecanii membunuh wereng,” pungkasnya. (radar)