Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Daerah Jangan Bergantung Kepada JOKOWI

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

daerahBANYUWANGI – Pakar Ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla harus berani mengambil langkah menaikkan harga BBM bersubsidi untuk mengurangi beban subsidi BBM dalam APBN. Subsidi BBM sebesar Rp 300 triliun, sangat membebani postur pengeluaran pemerintah. Dana subsidi BBM lebih baik dialihkan ke sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pertanian. “BBM bersubsidi ini banyak dinikmati kalangan menengah atas.

Hanya 2,7 persen masyarakat miskin yang pakai BBM subsidi. lebih baik subsidi BBM dialihkan untuk sektor riil,” kata Faisal Basri dalam acara seminar Ekonomi Pasca Pemerintahan Baru di Hotel Ketapang Indah Banyuwangi, Selasa (21/10). Dengan mengalihkan subsidi BBM ke sektor riil, bisa tncmacu penum- buhan ekonomi. Menurut dia, konsumsi BBM yang tinggi memicu lndonesia mengimpor minyak mentah sebanyak 470 ribu barel minyak per hari dari konsumsi nasional kisaran 1,2 juta barel minyak perhari. 

Akibat impor minyak besar-besaran ini terjadi defisit neraca perdagangan, salah satu komponen neraca transaksi berjalan. Realisasi impor BBM semester 2014 mencapai US 13,3 miliar. Nilai impor lebih besar ketimbang ekspor. “Melemahnya nilai tukar rupiah karena terjadi defisit ekspor.” kata dia. Meski rupiah melemah, Faisal optimistis kondisi makro ekonomi indonesia cukup stabil. Indikasinya, pasar saham terpantau cenderung naik dengan return 17,3 persen dari 10,8 persen pada sesi perdagangan terakhir.

Fakta ini menunjukkan pengusaha masih menahan diri dan berharap Jokowi merealisasikan janjinya. Selain itu, hasil survei menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara nomor tiga tujuan investasi di tingkat ASEAN dan nomor 18 di tingkat Asia. “Ekonomi Indonesia enggak buruk- bumkamat. Karena cadangan devisa naik terus, pendapatan lebih besar dari belanja.” ujarnya. Persoalannya skenario kenaikan BBM gagal menyusul tnantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono enggan menaikkan harga BBM subsidi. 

Menurut Faisal, seharusnya bulan September lalu harga BBM subsidi diharapkan naik kisaran Rp 1.500 per liter. Kenaikan lagi pada Februari 2015 sebesar Rp 1.000 per liter. Kenaikan bertahap hingga level Rp 9.000 per liter, kata Faisal, memberikan dampak smooth untuk rnengitindari gejolak di masyarakat. Prospek ekonomi Indonesia ke depan dinilai cukup positif. Pemerintah harus bisa memanfaatkan keunggulan penduduk usia muda sebanyak 55 persen. Apalagi didukung iklim demokrasi lndonesia yang menduduki peringkat ketiga terbaik di dunia.

Kepada Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan pengusaha di Banyuwangi, Faisal menyarankan agar tidak menggantungkan sepenuhnya pada kebijakan Presiden Joko Widodo. Dia mendorong pengusaha lebih gesit memanfaatkan peluang. Begitu pula Bupati Anas agar memaksimalkan potensi daerah untuk menggenjot roda pertumbuhan ekonomi. “Jangan bergantung kepada Jokowi. Sekarang bagaimana daerah membuka seluas-luasnya investasi dengan menyesuaikan potensinya,” saran Faisal. (radar)