Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Datangkan Dalang Ki Enthus Susmono

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI- Pelaksanaan Festival Banyuwangi (FB) akan diramaikan pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono. Hiburan wayang kulit ini akan digelar pada 23 November 2012, di Alun-Alun Kecamatan Genteng. Even ini merupakan atraksi budaya yang menjadi alternatif  hiburan bagi masyarakat dalam rangka memperingati Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) yang ke- 241.

Enthus merupakan salah satu dalang kondang dan terbaik yang dimiliki negeri ini. Pikiran dan darah segarnya mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya, yaitu jagat pewayangan. Enthus memiliki gaya sabetannya yang khas, kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya.

Karena itu kita memilih Ki Enthus sebagai dalang pertunjukan wayang kulit,” ungkap Kepala Humas FB 2012, Juang Pribad Penampilan Kenthus juga didukung eksplorasi pengelolaan ruang artisitik kelir menjadikan lakon-lakon yang ia bawakan bak pertunjukan opera wayang yang komunikatif, spektakuler, aktual, dan cukup menghibur.

Dengan lakon ”Pendowo Syukur” Enthus akan membawa penonton menjelajahi kejayaan masa lalu dalam balutan fragmen heroik yang sarat nilai. Juang mengungkapkan, pegelaran wayang kulit itu akan bercerita keberhasilan Pandawa membuka Hutan Wanamarta dan berhasil mendirikan negara Amarta atau Indraprastha. Sebagai tanda syukur kepada tuhan mereka menyelenggarakan sesaji Raja Suyo. Yaitu suatu selamatan yang harus dihadiri 100 raja.

Sementara itu tempat lain, Kerajaan Giribaja, dengan Prabu Jarasanda juga berencana mengadakan sesaji yakni Sesaji Kalalodra. Sesaji ini kebalikan dari Sesaji Raja Suyo yakni mensyaratkan 100 raja untuk dikorbankan sebagai tumbal. Negara Giribaja telah berhasil mengumpulkan 97 raja yang sudah dipenjarakan, sehingga kurang tiga raja. Untuk melengkapinya, Supala dan balatentara Kerajaan Giribaja diutus oleh Jasaranda untuk menaklukkan Puntadewa raja Amarta, Kresna raja Dwarawati, dan Baladewa raja Madura.

Tiga raja itulah yang belum berhasil ditaklukkan. Para Pandawa memutuskan, bahwa mereka akan membebaskan raja-raja yang menjadi tawanan Prabu Jarasanda. Maka berangkatlah Prabu Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa disertai Prabu Kresna guna membebaskan para raja yang ditawan. Kresna, Bima, dan Arjuna dari Pandawa menyamar sebagai Brahmana dan berhasil menyusup ke Negara Giribraja dan menantang Prabu Jasaranda.

Dan Pertempuran pun terjadi. Namun Prabu Jarasanda susah dikalahkan. Berkali kali gada Rujakpolo menghantam kepala Prabu Jarasanda, tetapi bagaikan tidak berhasil. Werkudara akhirnya mundur mendatangi Kresna. Kresna memberi tahu bahwa matinya Prabu Jarasanda harus disigar atau dibelah kembali. Werkudara kembali dan perkelahian pun terjadi.

Werkudara segera menangkap kedua kaki Jarasanda, dan menarik kaki kiri kekiri dan kaki kanan kekanan sehengga tubuh Jarasanda terbelah seperti waktu kelahirannya, dan tewaslah ia. Para raja yang ditawan dapat dibebaskan. Di akhir cerita, dengan sukarela ke-97 raja bersama dengan tiga raja bergabung untuk mendukung pelaksanaan Sesaji Raja  Suyo. “Gambaran ceritanya,kira-kira seperti itu nanti. Untuk jelasnya, kita saksikan acaranya nanti,” seru Juang Pribadi. (radar)

Kata kunci yang digunakan :