Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Delegasi Menginap Tiga Hari di Rumah Warga

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

delegasiBelasan orang perwakilan perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nasional (Aman) se- Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, menggelar regional training di Banyuwangi. Mereka terkesima dengan totalitas dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap pelestarian budaya Suku Osing.

SEKILAS tidak ada yang istimewa di ka wasan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyu wangi malam itu (18/6). Tiga pria duduk di pos penjagaan. Di pe linggihan kantor tersebut tampak be lasan perempuan santai di atas kur si plastik yang berjajar rapi menghadap selatan. Awalnya kami sempat bingung me lihat kondisi tersebut.

Sebab, sebelumnya kami mendapat kabar di lokasi itu akan dihelat pertemuan pe rempuan adat region Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara timur (NTT) Kesan datar cukup terasa di Pelinggihan Disbudpar Ba nyuwangi malam itu. Apalagi, tidak ada selembar pun poster, backdrop, atau pernik- pernik, menyangkut kabar per temuan para perempuan adat tersebut.

Tidak ingin terlalu lama berada di tengah ke tidakpastian, kami lantas ber tanya kepada salah seorang pria yang duduk pos penjagaan kompleks tersebut. Sayang, pria tersebut mengaku tidak tahu persis agenda ma lam itu. Padahal, pria terse but termasuk penggiat dan pe merhati budaya yang sudah cu kup tersohor di kalangan masyarakat Banyuwangi. “Kalau acara detailnya apa, saya kurang tahu.

Silakan tanya langsung kepada panitia ya,” ujar pria tersebut seraya menunjuk seorang pe rempuan yang dia maksud sebagai panitia. Dalam perjalanan mengham piri sang panitia, rasa galau yang kami rasakan kian ber tambah. Pasalnya, kala itu kami mendengar perbincangan an tara seorang perempuan de ngan seorang pria yang mena nyakan mengapa hadirin ma lam itu hanya sedikit.

Padahal, informasinya, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK) Banyuwangi, Dani Abdul lah Azwar Anas, akan segera tiba di lokasi. Mendengar pernyataan tersebut, kami bergegas menghampiri panitia. Tujuannya, mengejar keterangan selagi panitia masih punya sedikit wak tu luang. “Kegiatan malam ini adalah bagian akhir dari Training Regional Perempuan Adat Regional Jawa, Bali, NTT, dan NTB,” ujar Mamik Yuniantri, panitia kegiatan tersebut.

Menurut Mamik, Banyuwangi ber kesempatan menjadi tu an rumah regional trai ning berdasar pilihan para pe serta. “Bukan kami yang me nen tukan lokasi. Peserta sendiri yang memilih Banyuwangi,” kata perempuan yang juga koordinator wilayah perem puan Aliansi Masyarakat Adat Nu santara (Aman) wilayah Jawa bagian timur tersebut.

Dikatakan, para perwakilan perempuan adat tersebut tinggal di Banyuwangi selama tiga hari, yakni sejak 16 Juni hingga 18 Juni. “Selama berada di Banyuwangi, mereka menginap di rumah warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Para peserta hidup dan membaur bersama warga desa adat tersebut,” paparnya.  Kali pertama datang ke Desa Kemiren, imbuh Mamik, para peserta training melakukan ziarah ke makam leluhur warga se tempat, yakni Buyut Cili.

Selainitu, peserta pelatihan juga ber kesempatan menyaksikan per gelaran budaya di Gedung Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan, Banyuwangi. “Para pe serta kaget saat mendapati du kungan yang diberikan  emerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam melestarikan budaya dan adat begitu besar,” imbuhnya. Fasilitator Nasional Pe rempuan Aman, Mia Siscawati me nambahkan, pelatihan tingkat regional di Banyuwangi kali ini digelar sebagai tindak lan jut pelatihan bagi calon pe latih tingkat nasional yang di helat beberapa waktu lalu.

“Pesertanya dari Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” kata dia. Mia tidak menampik peserta pelatihan tersebut ha nya berjumlah belasan orang. Sebab, menurut dia, ma sing-masing komunitas adat di beberapa daerah hanya me ngirimkan satu wakil. Ko mu nitas adat yang hadir di Ba nyuwangi, di antaranya Se dulur Sikep asal Pati, Jawa Te ngah (Jateng); Cek-bocek asal Sumbawa; Sasak asal Lombok; Bli Bali asal Bali, dan beberapa komunitas adat lain.

Lebih jauh dikatakan, perem puan Aman terus bertekad memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Termasuk mem perjuangkan pendidikan yang sesuai kepribadian masyarakat adat tersebut. “Pendidikan tidak harus formal,” kata antropolog yang juga dosen tamu Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) tersebut. Menurut Mia, Aman berdiri se jak tahun 1999 di masa pe merintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Organisasi Aman ada lantaran sejak zaman Orde Baru (Orba), keberadaan masyarakat adat sempat tidak diakui, terutama masyarakat adat yang tinggal di daerah yang kaya sumber daya alam (SDA). Dijelaskan, tidak diakuinya ma syarakat adat tergambar dari peraturan perundangan tentang hutan yang ditetapkan  pemerintah Orba pada tahun1967. UU tersebut mengadopsi UU peninggalan kolonial Belanda yang menyebutkan tanah- tanah yang tidak be sertifi kat adalah hutan negara.

“Itu berlaku di Jawa, Bali, dan Madura. UU tersebut menjadi dasar pengambilalihan tanah adat yang berada di hutan negara. Aktivitas masyarakat adat juga dianggap ilegal,” cetusnya. Di sisi lain, para peserta training di Banyuwangi sangat kagum dengan kondisi masyarakat Osing. Pasalnya, masyarakat Osing hingga kini tetap mempertahankan identitasnya, tetap menggunakan bahasanya, dan tetap menjalankan ri tualnya.

“Dukungan masyarakat dan pemerintah daerah (pemda) terhadap kebudayaan Osing juga sangat kuat,” tuturnya. Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua TP-PKK, Dani Abdullah Azwar Anas, Pemkab Banyuwangi, memang berkomitmen mem pertahankan budaya lokal. “Kami me mang mengembangkan sek tor pariwisata. Tetapi, pa riwisata yang ditekankan ada lah ekowisata. Kami tidak membangun hotel di wilayah adat.

Tetapi, mendorong penggunaan rumah penduduk sebagai home stay wisatawan,” terangnya. Dani menambahkan, Pemkab Banyuwangi juga berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat agar siap menerima budaya luar tanpa meninggalkan budaya lokal. Dalam kesempatan tersebut, istri Bupati Abdullah Azwar Anas itu juga menantang para perempuan Aman menggelar pertemuan tingkat nasional di Banyuwangi. “Kami akan menyambut dengan tangan terbuka,” pungkasnya. (radar)