Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Diserbu Terompet Wonogiri

KERTAS: Perajin membuat terompet di belakang Pasar Cungking, Giri, kemarin (25/12).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KERTAS: Perajin membuat terompet di belakangPasar Cungking, Giri, kemarin (25/12).
KERTAS: Perajin membuat terompet di belakang Pasar Cungking, Giri, kemarin (25/12).

BANYUWANGI – Bumi Blambangan tampaknya menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi para perajin terompet asal luar daerah. Menjelang perayaan tahun baru seperti saat ini, sedikitnya 15 perajin terompet asal Wonogiri, Jawa Tengah (Jateng) sengaja datang ke Banyuwangi .

Ada beragam bentuk terompet kertas yang dipasarkan. Mulai bentuk terompet klasik, terompet berbentuk naga, gitar, keong, kupu-kupu, hingga terompet kertas berbentuk kipas. Harga yang ditawarkan pun beragam. Yang termurah dijual seharga Rp 3.000 per unit, sedangkan yang termahal dipatok seharga Rp 25 ribu per unit.

Seperti dilakoni Wiyato, 42, warga Dusun Bendo, Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri. Pria yang satu ini mengaku rutin datang ke Banyuwangi menjelang tahun baru sejak sepuluh tahun terakhir. Kali ini, dia sudah menginjakkan kaki di Bumi Blambangan sejak Jumat lalu (21/12), dan berencana pulang ke Wonogiri pada 1 Januari 2013 mendatang. Wiyato mengaku datang ke Banyuwangi bersama 14 rekannya. Mereka datang dengan mencarter bus dan satu unit truk.

Truk tersebut digunakan untuk mengangkut bahan baku terompet. Di Banyuwangi, mereka tinggal di belakang pasar Cungking, jalan Gajah Mada, Kecamatan Giri, Banyuwangi . “Kami sekampung memang pembuat terompet. Keahlian tersebut merupakan turunan dari nenek moyang kami. Setiap menjelang tahun baru, kami menyebar di beberapa daerah untuk menjajakan terompet,” ujarnya. Wiyato mengatakan, tahun ini dia mengeluarkan modal sebesar Rp 1,5 juta.

Dia optimistis, penjualan terompet menjelang detik-detik pergantian tahun ini akan lebih banyak dibandingkan tahun lalu. “Kalau terompet saya habis terjual, pendapatan saya bisa mencapai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta,” kata dia. Pernyataan senada dilontarkan Winarto, 40. Dia mengaku sengaja “merantau” ke Banyuwangi untuk mengadu peruntungan. “Setiap menjelang pergantian tahun, saya rutin datang ke Banyuwangi untuk menjual terompet,” tuturnya.

Menurut Winarto, harga yang dia tetapkan untuk masing-masing terompet hasil kreasinya didasarkan pada tingkat kesulitan pengerjaannya. Sebab, bahan baku yang digunakan untuk mengkreasi beragam bentuk terompet sejenis. “Bahan baku kita dapat dari Surabaya. Misalnya kertas map bekas, gabus, dan lain sebagainya,” paparnya. Winarto berharap meraup rezeki melimpah pada peringatan tahun baru kali ini. “Modal yang saya keluarkan sebesar Rp 8 juta. Kalau penjualan bagus, saya bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta,” pungkasnya. (radar)