Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Drama Paskah Berlatar Wayang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

dramaGENTENG – Setiap peringatan Paskah, gereja sering mementaskan fragmen peristiwa di Bukit Golgota yang dialami Yesus. Begitu pula dengan Gereja Kristus Raja di Desa Geteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, pagi kemarin (18/4). Namun, yang berlangsung di gereja tersebut kali ini tidak seperti pementasan drama Paskah umumnya. Pementasan drama pagi itu menyajikan cerita dan properti modern. Drama tersebut tidak seperti pada umumnya yang memakai atribut dan nuansa klasik Kerajaan Romawi.

Sutradara pementasan drama Paskah di Gereja Kristus Raja Genteng Wetan, Fransiskus Nitis Budi, 38, mengatakan, drama kali ini sengaja diperagakan menggunakan unsur ke kinian. Menurutnya, konsep kekinian itu bertujuan agar bisa sesuai perkembangan zaman. Selain itu, konsep tersebut lebih mengena kepada generasi muda. “Kita sengaja membuat drama yang modern agar mudah diterima,” ujarnya.
 

Beberapa adegan yang selama ini menjadi kekhasan drama Paskah tak terlihat di gereja tersebut kemarin. Bila biasanya adegan Yesus memanggul salib, kali ini Yesus digambarkan sebagai seorang yang memegang teguh sikap kebaikan. Pementasan drama itu secara umum menceritakan seseorang yang memanggul salib kehidupan berupa kebenaran.Pilihannya itu mengharuskan dia berhadapan dengan se kelompok orang yang ingin berbuat jahat.

Demi mempertahankan prinsip kebenaran, dia rela menghadapi ancaman dan siksaan kelompok jahat tersebut. Drama tersebut ditutup khotbah oleh Freter Paulo Nasib Santo. Fransiskus menambahkan, para pemain melakukan lati han sejak sebulan lalu. Kesulitan dalam persiapan adalah menentukan para pemeran. Semua properti yang digunakan dibuat dengan bahan ala kadarnya, termasuk wayang dan gunungan. “Semua bikin, kecuali tokoh Semar, saya memang sudah punya,” ujar pria yang tinggal di Dusun Cangaan itu.
 

Usai acara, Romo Blasius menyampaikan bahwa momentum Paskah ini harus digunakan umat untuk menyikapi persoalan sosial dengan jernih. Romo yang lahir di Toraja itu juga mengajak umat peduli ter hadap permasalahan kemiskinan. Dia berpesan agar  umat belajar berhemat dan tidak menyia-nyiakan pangan. “Di luar sana banyak yang masih kelaparan, maka kita jangan menyia-nyiakan nasi yang kita makan dengan membuang seenaknya, pesannya.(radar)