GENTENG – Usaha penggilingan padi keliling atau selep gerandong tampaknya sudah mulai terancam. Berkurangnya tanaman padi dan persaingan yang tinggi, membuat penghasilannya terus menurun.
Salah satu pemilik selep gerandong, Ali Musman, 58, asal Dusun Toyamas, Desa Wringinrejo, Kecamatan Gambiran, mengatakan saat ini pemilik selep gerandong itu cukup banyak. Sehingga, persaingan cukup ketat.
“Pelanggannya ya tetap saja,” katanya. Setahun lalu Musman mengaku bisa melayani warga antara lima sampai sepuluh orang dalam sehari. Tapi saat ini, dalam sehari hanya bisa melayani penggilingan padi maksimal enam warga.
“Ini siapa yang cepat ya dia yang dapat,” ujarnya. Harga penggilingan padi itu, jelas dia. hanya Rp 10 ribu per kuintal beras. Apabila warga menggiling padi dalam jumlah banyak, itu dianggap berkah karena keuntungannya akan lebih.
“Warga yang menggiling padi itu mayoritas buruh tani bukan petaninya, jadi paling banyak hanya tiga kuintal,” ungkapnya. Pemilik selep gerandong lainnya, Faizin, 45, asal Desa Parangharjo, Kecamatan Songgon, menyampaikan sejumlah pemilik gerandong harus pandai-pandai mengatur rute jalan. Jika tidak, hasil yang didapatkan bisa habis untuk pembelian solar.
“Kalau rute jalan yang diambil salah, bisa saja hasilnya sedikit,” katanya. (radar)