Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Hampir Punah, Pentaskan Wayang Topeng

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI- Masyarakat Ba nyuwangi keturunan Madura nanti malam akan menampilkan kesenian Madura. Pentas seni Madura itu akan dig elar dalam malam aktualisasi seni di Taman Blambangan. Dalam pentas seni itu ada tiga kesenian Madura yang akan ditampilkan. Pertama, kesenian mamacah. Kesenian ini merupakan seni olah vokal Madura yang tempo dulu di jadikan media dakwah dan pendidikan serta menjadi me dia kontemplasi dan pema haman fi lsafat.

Kesenian mamacah menggunakan media buka ber bahasa  Arab dan bahasa Jawa. Membaca buku atau kitab tersebut dilagukan dan disertai pe nerjemah, juga diiringi se ruling dan gamelan. Yang kedua adalah kesenian se ronen. Kesenian seronen merupakan kesenian meng gu nakan media terompet yang ter buat dari kayu dengan suara khas. Masyarakat Madura bisa menyebut kesenian itu dengan sebutan kesenian thetet.

Kesenian ini akan dilengkapi alat musik ken dang, bonang, gong dan ke crek. “Kesenian ini biasanya di gunakan pada saat kerapan serati, tarian tradisional, dan mengiringi kuda kencak,” ujar Sadiono, salah seorang tokoh masyarakat Madura di Banyuwangi. Kesenian wayang topeng Madura juga akan ambil bagian dalam pentas seni yang di gelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata itu.

Kesenian wayang to peng Madura memiliki ciri khas, yakni ghungseng (krin cing) di pergelangan kaki penari. Pemakaian gungseng tersebut bukan hanya sekadar hiasan. Bunyi krincing yang selalu terdengar setiap kaki penari bergerak itu menjadi alat bantu yang ekspresif. Juga menjadi media komunikasi para penari dan dalang karena para penari tak boleh berdialog. Dalang dan seluruh pemainnya adalah laki-laki.

Dalam aktualisasi nanti malam akan di tampilkan cerita lahirnya Gatotkaca putra Bima dan Dewi Arimbi. Namun, ketika terlahir, tali pusarnya tidak bisa di potong. Akhirnya, dicarilah pusaka para dewa di kayangan yang bisa memutus tali pusar itu. “Kesenian ini sudah hampir punah. Cerita orang tua, kesenian ini ditampilkan terakhir sebelum G-30 S/PKI,” ungkap Sadiono. (radar)