Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Hemodialisa Kini Bisa di RS Al Huda

CANGGIH: Alat hemodialisa yang digunakan untuk melayani pasien gagal ginjal di RS Al Huda Genteng.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
CANGGIH: Alat hemodialisa yang digunakan untuk melayani pasien gagal ginjal di RS Al Huda Genteng.

GENTENG-Era seorang dokter hanya terpekur  tanpa daya menatap pasiennya, seorang penderita gagal ginjal terminal yang kondisinya terus memburuk dan akhirnya meninggal, sebenarnya sudah terlampaui. Dewasa ini, penyakit gagal ginjal adalah satu di antara sedikit penyakit, yang telah ditemukan cara pengobatannya, meski pada tahap terminal sekali pun.

Menurut dr. Suryadinata, Manajer Rawat Jalan Rumah Sakit (RS) Al Huda Genteng, pada era sebelumnya penderita gagal ginjal terminal hanya dapat diobati secara konservatif dan mengatur dietnya saja. “Secara lambat, tapi pasti kondisi klinis pasien akan tetap memburuk dan selalu berakhir dengan kematian,” terangnya.

Saat ini, kondisinya sudah berbeda jauh. RS Al Huda Genteng memberikan pelayanan hemodialisa atau cuci darah sejak tahun 2008. Bahkan, kini lebih dari 230 kali tindakan per bulan. Baik bagi pasien yang memiliki Asuransi Kesehatan (Askes) maupun non-Askes. Dokter yang akrab disapa Surya itu menjelaskan, hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti ginjal, untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia.

Seperti air, natrium, kalium, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain. Cara mengeluarkannya melalui membran semi permeable, sehingga dapat dikatakan bahwa hemodialisa dapat menggantikan fungsi ginjal agar pasien dapat bertahan hidup. “Meski pun tidak sesempurna, bila ginjal masih berfungsi,” jelasnya. Ditambahkan, hemodialisa juga membantu keseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh.

Sekaligus membantu mengeluarkan zat-zat sisa atau buangan. Setelah selesai proses hemodialisa, pasien akan pulang dalam keadaan lebih segar. Bahkan, memiliki bobot badan yang ideal. “Dengan hemodialisa secara rutin dan teratur, pasien dapat menjalani aktivitas secara normal,” imbuhnya. Surya menambahkan, tindakan hemodialisa pada pasien gagal ginjal secara ideal dilakukan dua atau tiga kali seminggu.

Setiap sesi berlangsung kurang lebih empat jam. Selama dilakukan hemodialisa, pasien dapat melakukan kegiatan makan dan minum sendiri sambil menonton TV, santai, dan bercanda. Dengan begitu, mereka tampak merasa nyaman, seperti di rumah sendiri. Mereka dapat bepergian kemana pun mereka suka.

Bila waktunya cuci darah, mereka bisa minta dilayani di rumah sakit yang ada fasilitas hemodialisa. “Cukup membawa surat travelling dari RS Al Huda Genteng,” beber Surya. RS Al Huda Genteng juga menerima  travelling dari Jakarta dan RS lainnya. “Bila pasien perlu cuci darah dalam perjalanannya,” tandasnya.

Keunggulan unit hemodialisa di RS Al Huda Genteng, yaitu menggunakan mesin Hemodialisa Nipro Type Surdial. Alat itu memiliki sistem komputerisasi canggih, akurat, dan tepercaya, serta dapat diandalkan. “Dengan mesin canggih itu, kegiatan hemodialisa tercatat secara digital. Bahkan dapat disesuaikan kebutuhan pasien,’’ jelasnya.

Berkaitan mutu, selama tindakan hemodialisa, pasien selalu dipantau kebersihan ginjalnya di laboratorium. Bahkan selalu dikonsultasikan ke RS dr. Soetomo Surabaya setiap tiga bulan sekali. Terkait proses, menurut Surya, untuk pemasangan alat ke tubuh pasien diperlukan suatu ‘akses’, yakni menyambung dua pembuluh darah arteri dan vena.

Langkah itu akan membuat pembuluh darah menjadi besar, sehingga memudahkan perawat untuk memasang  dua jarum. Satu jarum untuk mengalirkan darah menuju mesin, sedangkan satu lagi untuk mengalirkan darah menuju tubuh. “Suatu kemajuan bahwa penyambungan pembuluh darah ini bisa dilakukan di RS Al Huda,” tuturnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :