Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hilang 18 Jam, Ditemukan Tewas di Sungai Randu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Petugas menemukan jenazah Isrin di Sungai Randu.

GAMBIRAN – Musim hujan di wilayah Banyuwangi Selatan menimbulkan petaka. Seorang penambang pasir tradisional bernama Isrin, 60, warga RW 02, Dusun Krajan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, sempat hilang sejak Jumat sore lalu (7/4).

Setelah 18 jam dinyatakan hilang, akhirnya Isrin ditemukan sudah tidak bernyawa di  aliran Sungai Randu, Desa Yosomulyo, pukul 09.00, pagi kemarin (8/4). Lelaki yang bekerja  sebagai penambang pasir tradisional itu  diduga terseret derasnya Sungai Randu, saat hujan lebat melanda Jumat sore lalu.

Petugas mengangkat jenazah korban ke mobil.

Musibah ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 15.00, Jumat lalu (7/4). Saat itu, kondisi cuaca di wilayah Desa Yosomulyo sedang  diguyur hujan lebat. Aliran Sungai Randu menjadi semakin deras lantaran hujan lebat yang melanda.

Diperkirakan, Isrin yang menambang pasir seorang diri itu masih berada di tengah sungai saat aliran Sungai Randu bertambah deras.  Informasi yang diperoleh wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Jumat  pagi sekitar pukul 09.00 Isrin memang  pamit kepada keluarganya pergi ke  Sungai Randu untuk mencari pasir.

Kegiatan menambang pasir itu sudah menjadi kegiatan rutin Isrin sehari- hari. Keluarga pun tidak menaruh  curiga waktu itu, karena kegiatan mencari pasir sudah lumrah dilakukan oleh korban. Kecurigaan keluarga korban mencuat saat sore hari tiba.

Saat  hujan lebat melanda, Isrin yang biasanya sampai di rumah saat salat Asar, ternyata tidak kunjung  pulang. Salah satu keluarga korban pun mendatangi Sungai  Randu. Begitu sampai di pinggiran  sungai, salah satu keluarga korban hanya menemukan sandal,  celana, cangkul, dan gerobak  pasir milik korban.

Peralatan itu  tampak tergeletak begitu saja di  pinggir sungai. Keluarga korban  yang datang ke lokasi pun sempat panik karena korban tidak ada  di lokasi. Dia juga melihat kondisi  arus Sungai Randu sangat deras  karena hujan lebat.  Meski begitu, keluarga korban tidak langsung menyimpulkan  bahwa korban terseret arus  sungai.

Sore itu, pihak keluarga tetap beranggapan Isrin sedang pergi entah kemana. Setelah  dicari selama beberapa jam, korban pun tidak kunjung datang.  Saksi mata di lapangan juga tidak  ada, lantaran korban memang  mencari pasir seorang diri.  Karena tidak kunjung pulang, keluarga pun melaporkan  kejadian ini ke Polsek Gambiran.

Mendapat laporan ini, petugas  datang ke lokasi bersama tim SAR gabungan dari unsur TNI,  TRC BPBD, Basarnas, Banser,  dan relawan lainnya. Tim gabungan bersama warga tiba ke lokasi karena korban diduga terseret arus sungai saat mencari  pasir.

Tim gabungan ini pun  melakukan pencarian setelah  salat Magrib menyusuri sepanjang  sungai hingga anak sungai. Hingga  pukul 23.00, hasil pencarian nihil.  Korban tidak juga ditemukan.  Keesokan harinya, pencarian  dilanjutkan kembali kemarin.

Tim SAR gabungan langsung memetakan arah aliran sungai  itu. Sampai-sampai, tim SAR gabungan juga membuat bendungan manual dari bambu untuk mengantisipasi hanyutnya tubuh korban lebih jauh ke hilir sungai. Petugas pun terus bekerja keras,  hingga akhirnya menemukan  tubuh korban tenggelam di anak  aliran Sungai Randu yang menuju  ke arah sawah sekitar pukul 09.00   pagi kemarin.

Kapolsek Gambiran AKP I Ketut Redana mengatakan, korban saat  ditemukan sudah tidak bernyawa lagi. Sebagian tubuhnya terdapat  luka-luka lecet yang diduga karena benturan dengan batu-batu cadas di aliran sungai. Menurut Ketut, lokasi temuan korban dengan titik awal dia mencari pasir cukup jauh yakni berjarak 1 Kilometer (1 Km) ke arah timur.

”Tidak ditemukan unsur penganiayaan. Luka karena benturan dengan batu kali,” tegas  Ketut Redana. Lebih jauh Ketut dijelaskan, terseretnya tubuh korban ini selain karena derasnya aliran  sungai saat hujan, ternyata  diketahui korban juga memiliki riwayat penyakit epilepsi.

Diduga,  saat aliran sungai bertambah  deras, korban panik dan membuat penyakitnya kambuh. Saat  kambuh, Isrin tidak bisa mengendalikan tubuhnya sehingga diduga dia terseret arus sungai yang  deras. ”Pemeriksaan di Puskesmas  diketahui korban juga memiliki  riwayat penyakit epilepsi. Jenazah  sudah kami serahkan ke keluarga dan langsung dimakamkan oleh pihak keluarga,” jelasnya. (radar)