Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Inflasi BWI Masuk Terendah Nasional

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

demi-menjaga-inflasi-stabil-pemkab-banyuwangi-mendorong-pekarangan-tempat-tinggal-menjadi-kolam-ikan-dan-kebun-sayur

BANYUWANGI – Kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi berhasil menuai hasil mentereng. Periode September lalu tingkat inflasi di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini menjadi salah satu yang terendah di tingkat nasional.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi  Banyuwangi pada September hanya 0,02 persen. Padahal, rata-rata inflasi secara nasional pada periode yang sama mencapai 0,22 persen. Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan inflasi mencerminkan manajemen penawaran dan  permintaan barang di daerah.

Sejumlah upaya yang di lakukan untuk pengendalian inflasi di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini, antara lain operasi pasar murah, vertikultur di kalangan rumah tangga, dan  gerakan 10.000 kolam ikan. “Kami bikin program- program sederhana seperti 10.000 kolam ikan yang mengajak warga untuk memanfaatkan pekarangan  sebagai kolam ikan, sebagian di antaranya dibantu benih dan peralatan pemerintah daerah,” kata dia.

Saat ini, imbuh Anas, pemkab juga tengah menyiapkan sinergi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog). Sebanyak delapan BUMDes disiapkan untuk bersinergi dengan BUMN bidang logistik  tersebut, di antaranya BUMDes di Ketapang, Tegaldlimo, Genteng Kulon, Glagah, Kalibaru Kulon,  Rogojampi, dan Bangunsari.

Sinergi BUMDes dengan Perum Bulog tersebut untuk penyediaan stok barang untuk kelancaran dis tribusi  barang, pengendalian harga, membantu operasi pasar, dan pemberdayaan ekonomi di tingkat desa. “Bulan ini sinergi BUMDes dengan Perum Bulog tersebut ditandatangani. Ini juga pararel dengan program Menteri  Desa Pak Eko Sandjojo yang mendorong pemberdayaan  BUMDes,” papar Anas.

Anas mengaku optimistis ke depan perekonomian lokal akan terus tumbuh dengan ditopang berbagai sektor. Pendapatan per kapita Banyuwangi yang  berdasar data BPS telah mencapai Rp 37,53 juta per  orang per tahun pada 2015 ditargetkan bisa menembus  Rp 40 juta pada akhir 2016.

“Akhir Oktober frekuensi penerbangan ke Bandara Blimbingsari dari Surabaya menjadi empat kali sehari yang bisa semakin mengungkit bisnis dan pariwisata. Tahun depan  sudah ada direct flight Jakarta-Banyuwangi. Program- program lain juga berbarengan mendorong ekonomi lokal bergerak,” pungkasnya.

Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Agus Siswanto, menambahkan inflasi merupakan indikator penting makroekonomi.  Sebab, tinggi atau rendahnya inflasi berkaitan langsung dengan daya beli masyarakat.

“Karena itu, kami akan terus berupaya mengelola inflasi di Banyuwangi  pada level yang stabil untuk menjaga daya beli masyarakat,” ujarnya kemarin (7/10). (radar)