Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Ingin Kontrak Dibayar, Tolak Bantuan Pengobatan

SAKIT: Moukwelle Sylvain terbaring di kamar kosnya di kawasan Taman Baru, Banyuwangi.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
SAKIT: Moukwelle Sylvain terbaring di kamar kosnya di kawasan Taman Baru, Banyuwangi.
SAKIT: Moukwelle Sylvain terbaring di kamar kosnya di kawasan Taman Baru, Banyuwangi.

Sudah sepekan lamanya Moukwelle Sylvain tergolek di kamar kosnya di Jalan Sumbawa, Kelurahan Taman Baru, Banyuwangi. Pemain bola berusia 34 tahun asal Prancis itu menderita typhus. RUMAH kos Bougenville di kawasan Taman Baru itu tampak lengang sepanjang akhir pekan lalu.

Tidak banyak aktivitas di rumah kos yang hanya berjarak 1 kilometer dari kantor Bupati Banyuwangi tersebut. Keheningan di rumah singgah itu tidak sepenuhnya hening. Di kamar kos paling depan masih ada aktivitas sang penghuni. Jendela dan pintunya dalam posisi sedikit terbuka. Di situlah Moukwelle tinggal selama enam bulan terakhir.

Saat wartawan koran ini masuk, dia sedang tiduran sambil menonton televisi. Mengenakan kaus warna putih dan bersarung, Moukwelle lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Ditemani sebuah laptop dan Blackberry di sampingnya, salah satu pilar Persewangi di Divisi Utama PSSI musim lalu itu menjadikan kedua alat elektronik tersebut sebagai teman setia. Di sampingnya tampak beberapa plastik berisi obat yang direkomendasikan dokter demi memulihkan kondisinya Sejak sakit 7 Desember lalu, kondisi pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan itu terus menurun.

Sempat merasa membaik, tapi Moukwelle kembali me ngeluh tubuhnya panas dan lemah. “Aku cek laboratorium lagi. Hasilnya aku sakit typhus,” jelasnya. Typhus tersebut membuatnya berhenti total dari aktivitas sepak bola, termasuk ber henti melatih sejumlah klub dan SSB di Banyuwangi. Sikapnya yang rendah hati dan mau membagi ilmu sepak bola itulah yang membuatnya mendapat tempat di dunia sepak bola Banyuwangi. Sakitnya pemain tersebut memang mengundang perhatian banyak pihak. Di tengah perjuangannya yang tidak kenal lelah menuntut hak di Persewangi, Moukwelle menderita sakit.

Jumlah kontrak yang tersisa di Persewangi cukup besar. Dari Rp 293 juta yang semestinya diterima, Moukwelle baru menerima tidak sampai Rp 100 juta. Beragam usahapun pernah dilakukan dalam menagih uangnya tersebut. Aksi diam di rumah pengurus hingga menyurati dan mendatangi kantor bupati sudah pernah dia lakukan. Namun, hasilnya belum terlihat sampai saat ini. Manajemen Persewangi sudah ang kat tangan. Enam bulan dia menagih hak, dan kini dia jatuh sakit.

Selain itu, kini tabungannya juga kian menipis. Pekan per tama Desember lalu dia mengeluh badannya meriang dan lemas. Atas ini siatif sendiri, Moukwelle ke dokter dan melakukan cek laboratorium. Dokter me nyatakan dia menderita typhus. Sempat mem baik, tapi kini kondisinya kembali drop. Usaha keras mantan punggawa Persiba Bantul itu rupanya mengundang perhatian barisan pendukung Persewangi, Laros Jenggirat. Suporter dengan warna khas merah hitam itu pun dengan senang hati membantu pemain asing tersebut. Wujudnya tampak saat laga persahabatan Persewangi kontra Deltras Sidoarjo Kamis lalu (13/12).

Bermodal kardus bekas, mereka menyisir tribun penonton. Dengan sebuah tulisan “Sumbangan for Moukwelle”, terkumpul sumbangan sebesar Rp 450 ribu. Uang itu langsung diserahkan suporter Laros Jenggirat kepada pemain asal Prancis tersebut. “Kami tahu ini tidak besar. Tapi kami ingin Mou (sapaan Moukwelle) sembuh,” ujar Usman, salah satu suporter Laros Jenggirat. Tidak cukup sampai di situ, selama Moukwelle sakit, barisan suporter Persewangi juga setia mendampingi.

Tidak sekadar memberikan hiburan untuk menemani hari-harinya di kamar kos, mereka juga membawakan bubur dan makanan ringan (roti) sebagai santapan selama pemain tersebut sakit. Bagi Moukwelle, suporter dirasakan sudah seperti keluarga. Meski ada bantuan dari manajemen Persewangi untuk pengobatan, tapi bantuan itu ditolak tegas oleh pemain berambut gimbal tersebut. “Aku tidak butuh uang untuk pengobatan. Aku butuh uangku (kontrak dibayar),” bebernya. Baginya, pembayaran uang kontrak ada lah harga mati.

Begitu uang kontrak dibayar, dia ingin segera pulang ke Prancis. Moukwelle tidak ingin bermain lagi di kompetisi sepak bola Indonesia. Sejumlah klub sedianya sudah memberinya penawaran, tapi semua ditolak. Dia hanya ingin kontraknya di Persewangi dibayar. Moukwelle ingin pulang ke Prancis dan berkumpul bersama istri dan anaknya. “Aku tidak ingin mati di sini. Aku mau uangku dan pulang ke Prancis,” tegasnya. (radar)