Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jadikan Agama Sebagai Spirit

GAYENG: Kadispendi Sulihtiyono (kanan) menyimak acara seminar dan bedah buku di aula RS Al Huda, Gambiran.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
GAYENG: Kadispendi Sulihtiyono (kanan) menyimak acara seminar dan bedah buku di aula RS Al Huda, Gambiran.

GAMBIRAN – Ada ajakan menarik dari Ketua Asosiasi Pabrik Kertas Indonesia, Misbahul Huda, saat menjadi narasumber dalam seminar bisnis di aula Rumah Sakit Al-Huda, Kecamatan Gambiran, Rabu kemarin (30/05). Dalam seminar dan bedah buku berjudul Dari Langit Turun ke Bumi (DLTB) tersebut, Misbahul Huda mengajak para peserta menjadikan agama bukan hanya sebagai ritualitas belaka.

Pria lulusan Universitas Gajah Mada, Jogjakarta, itu juga mengajak peserta menjadikan agama sebagai spirit dalam berbagai sisi kehidupan. Huda menuturkan, selama ini banyak orang yang masih menjadikan agama sebagai kegiatan ritual, dan sangat jarang yang menjadikannya sebagai spiritualitas dalam kepemimpinan di pemerintahan, perusahaan, dan berbagai sisi kehidupan. Sehingga, hal itu kemungkinan besar adalah penyebab mundurnya Indonesia dibanding negara lain. 

Bahkan, lanjut Huda, dalam survei sebuah lembaga internasional yang dilakukan setiap tahun, tercatat bahwa negara nomor satu yang menerapkan nilai-nilai Islam justru New Zealand. “Sedang Indonesia nomor seratus sekian,” tuturnya. Dibanding negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, Indonesia jauh tertinggal. Padahal di sisi lain, kekayaan alam Indonesia sangat besar dibanding ketiga negara tetangga tersebut. “Mengapa Indonesia sekarang terpuruk? Jawabannya adalah faktor kepemimpinan,” tandasnya.

Saat ini, lanjut Huda, Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang memiliki nilai-nilai agama, seperti kejujuran, ulet, pantang menyerah, dan terus bekerja memajukan Indonesia. “Indonesia butuh pemimpin yang punya jiwa spiritual,” tandasnya. Selain butuh pemimpin yang memiliki jiwa spiritual, Indonesia juga membutuhkan sosok pemimpin berkepribadian entrepreneur untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain.

Sebab, dengan hadirnya para pemimpin yang memiliki jiwa spiritual dan berkepribadian entrepreneur, Indonesia memiliki harapan maju. “Pemimpin yang seperti itu, lautan luas kusebrangi, gunung tinggi kan kudaki,” ujarnya mengutip sebuah syair lagu dangdut yang dipopulerkan Ona Sutra. “Jadi apa pun masalahnya, apa pun tantangannya, dia tidak akan menyerah,” tandasnya. (radar)