Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jaga Semalaman, Banyak Siswa Absen Sekolah

NANGIS: Guru berusaha menenangkan siswa TK Melati di Dusun Bejong.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
NANGIS: Guru berusaha menenangkan siswa TK Melati di Dusun Bejong.

Ada tiga Dusun di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, yang sudah ditetapkan sebagai zona merah Gunung Raung. Bagaimana keseharian warga menyikapi peningkatan aktivitas vulkanik gunung tersebut?

NAIKNYA aktivitas vulkanik gunung terbesar se-Pulau Jawa itu menimbulkan keresahan warga desa setempat. Yang paling waswas adalah warga yang tinggal di perkebunan Bayu Kidul. Ada tiga dusun yang menjadi prioritas jika sewaktuwaktu gunung meletus.

Tiga dusun itu adalah Dusun Bejong, Dusun Lider, dan Dusun Kampung Anyar. Tidak mudah menjangkau tiga permukiman warga itu. Sebab, akses jalan menuju tiga permukiman itu cukup terjal. Jalan yang ditempuh naik turun. Di musim kemarau seperti saat ini, debu bertebaran ketika kendaraan melintas. Meski begitu, semilir angin yang berembus bisa mengurangi kepenatan.

Dahaga pun seakan sirna dengan suguhan panorama alam yang cukup memesona. Setelah menyusuri hutan pinus dan perkebunan tebu, saya masuk kampung Palbatu. Tidak banyak rumah yang berdiri di kawasan yang masuk Dusun Bejong tersebut Kemudian, saya melanjutkan perjalanan menuju pusat Dusun Bejong. Dibutuhkan waktu sekitar sepuluh menit dari Palbatu. Di perkampungan tersebut, selain rumah dan masjid, juga ada bangunan sekolah.

Sekolah yang ada adalah sekolah TK dan SD. Aktivitas belajar-mengajar di dua sekolah ter sebut berjalan normal. Meski begitu, tidak sedikit siswa yang tidak masuk sekolah setelah status Gunung Raung siaga. ‘’Ada banyak murid yang tidak masuk. Kata orang tuanya mereka izin pergi,” ungkap Antin, guru SDN 4 Desa Sumberarum.

Menurut Antin, kepergian mereka diduga lantaran khawatir dengan situasi gunung setinggi 3.332 meter dpl itu. Meski begitu,dia tidak bisa menjelaskan secara rinci b rapa jumlah siswa yang tidak masuk. ‘’Saya lupa jumlahnya berapa, tapi sudah beberapa hari ini banyak siswa yang tidak masuk sekolah,’’ kata guru asal Dusun Pasar, Desa Sumberarum, itu.

Seorang murid, Redi, mengatakan bahwa sebagian temannya tidak masuk sekolah. Siswa kelas IV itu menyebut, dari 16 siswa, yang masuk hanya 12. ‘’Empat teman saya gak masuk, katanya ngungsi mulai Sabtu lalu,’’ ujarnya kemarin. Hal senada diungkapkan, Sumarni, guru Taman Kanak-kanak (TK) Melati di Dusun Bejong. Dia mengakui, banyak siswa yang tidak masuk sekolah beberapa hari terakhir.

‘’Sekitar 10 anak yang tidak masuk sekolah selama tiga hari ini,’’ katanya. Menurut Sumarni, para orang tua siswa merasa waswas atas kondisi Gunung Raung. Oleh karena itu, orang tuanya minta izin agar anaknya diperbolehkan tidak masuk sekolah. ‘’Mayoritas sedang pergi,’’ kata guru berkerudung itu sambil menyebut jumlah anak didiknya berjumlah 24 anak. Siang kemarin, beberapa rumah di perkampungan Dani, Dusun Bejong, tampak ter tutup.

Usut punya usut, mereka tidak meng ungsi melainkan banyak yang tengah kerja. ‘’Jam segini ini, orang-orang kerja semua. Saya juga baru datang,’’ ungkap Su roso alias pak Mah. Bapak satu anak itu menjelaskan, semua warga terutama kaum laki-laki rutin ber jaga setiap malam. Hal itu dilakukan karena ada perintah dari pemerintah setempat. ‘’Malam disuruh jaga. Jadi, warga sini kalau malam gak tidur. Tapi, siang tetap kerja,’’ terangnya.

Sejauh ini, kata dia, warga kampungnya per nah mendengar suara gemuruh Gunung Raung. Kejadian itu terjadi secara terus-menerus. ‘’Yang paling keras malam Lebaran (Idul Adha) kemarin, suaranya keras sekali,’’ jelas pria berusia 47 tahun itu. Suroso mengaku, orang tuanya terpaksa di ungsikan ke rumah saudaranya di Kecamatan Glenmore.

Sebab, jika sewaktu-waktu Gunung Raung meletus, meninggalkan kampung halaman bisa lebih mudah. ‘’Ibu saya namanya Sahra. Dia saya ungsikan ke Glenmore,’’ jelasnya. Pengakuan senada diungkapkan Supriyani, warga Dusun Lider. Orang tuanya terpaksa dibawa ke Bali. ‘’Kondisi ibu saya sakit. Jadi, ibu saya dibawa adik ke Bali. Bapak saya ada di sini,” jelasnya. (radar)