Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jalan Panjang Menuju Unas Jujur

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

UJIAN nasional (unas) tinggal beberapa hari lagi. Setiap kali ujian ini dihelat, pihak sekolah berlomba untuk meraih hasil terbaik. Bahkan, setiap daerah juga tak mau kalah untuk melakukan hal yang serupa. Semua ingin meraih kelulusan seratus persen, bila perlu dengan hasil terbaik.

Mindset semacam itu seolah sudah tertanam dan mendarah daging di banyak daerah. Harus kita akui, siapa sih pengajar yang tak ingin anak didiknya lulus semua dengan nilai baik? Akhirnya, yang terjadi adalah tindakan yang kurang sehat. Segala cara pun dilakukan agar tujuan lulus seratus persen bisa tercapai.

Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya tekanan ‘dari atas’ . Dampak dari tindakan menghalalkan segala cara demi hasil unas terbaik itulah, tanpa kita sadari yang akan menjerumuskan bangsa ini. Segala sesuai yang bersumber dari kecurangan, tentu akan berdampak pada karakter bangsa ini. Bukan mustahil, ketidakjujuran yang kian merajalela itu akan semakin matang menjadi tindak korupsi yang kian menggila.

Generasi penerus kita semakin tak bisa lepas dari keterpurukan, akibat tumbuh dari ketidakjujuran dan iklim yang sarat dengan korupsi. Untuk menyelamatkan generasi penerus negeri ini, ada baiknya kita tak terlalu mengedepankan hasil kelulusan seratus persen. Kita harus menanamkan kebanggaan akan hasil unas yang jujur dan adil.

Upaya ini sudah didengungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh akhir-akhir ini. Mendikbud menegaskan, bahwa semua pihak hendaknya tidak memaksakan memperoleh hasil unas lulus seratus persen. Menurutnya, unas akan lebih baik jika dilaksanakan jujur dan sesuai dengan aturan.

Memasang target boleh saja, tapi jangan dipaksa lulus 100 persen. Jangan sampai Pemda menghalalkan segala cara, dan UN harus dilaksanakan sesuai dengan aturan agar kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Menteri yang pernah menjabat rektor ITS Surabaya itu juga berharap unas berjalan secara alami.

Nah, untuk meraih kebanggaan telah mengikuti unas secara jujur itu sudah merambah Bumi Blambangan. Kadispendik Banyuwangi Sulihtiyono memang tetap memasang target unas lulus seratus persen. Namun yang patut kita apresiasi, Dispendik menegaskan agar unas dilaksanakan secara bermartabat.

Karena itu, ayo kita dukung upaya pelaksanaan yang bermartabat ini. Jangan sampai ada lagi tindakan tidak jujur dalam ujian kali ini. Karena tidak jujur itu sama dengan menjerumuskan generasi penerus kita ke dalam keterpurukan.

Memang, jalan masih panjang untuk mencapai cita-cita mulia unas yang bermartabat itu. Yang paling berat, sebenarnya kemauan kuat untuk memulainya dari diri kita masing-masing. Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi? (radar)