Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jaring yang Tenggelam Berisi 1 Ton Timah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

jaringProses evakuasi bangkai perahu yang tenggelam karena dihantam badai di Pelabuhan Muncar Senin lalu (13/5) masih berlangsung hinggakemarin (15/5). Sebagian perahu yang awalnya bernilai ratusan juta rupiah itu, setelah tenggelam, terpaksa dijual sebagai barang rongsokan.

NELAYAN Muncar masih berduka menyusul angin kencang yang menimbulkan delapan perahu rusak dan tenggelam. Meski tidak sampai  menelan korban jiwa, tapi kerugian materi ditaksir mencapai miliara nrupiah. Musibah itu membuat nelayan merana. Bayangkan, beberapa waktu lalu nelayan sulit mendapatkan ikan dengan istilah paceklik. Kondisi itu jelas menyebabkan para nelayan rugi. Sebab, usai mengarungi lautan lepas hingga berhari-hari, mereka pulang dengan tangan hampa.

Cobaan tidak berhenti di situ. Saat musim ikan, nelayan justru kesulitan mendapatkan solar. Kelangkaan solar yang berlangsung hingga lebih dari sepekan itu membuat nelayan tidak bisa melaut. Nah, setelah krisis solar sudah teratasi, datang angin kencang dan menghancurkan Pelabuhan Muncar. Badai itu datang saat semua perahu siap melaut Tentu saja, semua perlengkapan melaut sudah di siapkan, seperti solar dan jaring.

Sekali melaut, satu pasang perahu slerek membutuhkan dana operasional mencapai jutaan rupiah. Sebab, sekali melaut membutuhkan 30 jeriken solar. Tiap jeriken berisi 35 liter. Saat angin datang, hampir semua solar tumpah ke laut, dan semua jaring rusak. Tidak sedikit juga mesin diesel juga rusak. Satu unit perahu slerek memiliki lima mesin di esel. Satu mesin diesel seharga Rp 30 juta. Semua perahu slerek memang masih bisa diperbaiki setelah berhasil diangkat.

Namun, ada perahu yang hancur dan nyaris tak berbentuk. Sebagian perahu gardan rusak berat dan membutuhkan biaya tinggi untuk memperbaiki kembali. Karena itu, pemilik perahu yang bersangkutan tidak punya cara lain kecuali men jual sebagai barang rongsokan. ‘’Yang punya orang Kalimoro (Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, red). Katanya mau dijual sebagai rongsokan karena sudah rusak parah,” ujar Roni, warga Dusun Sampangan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar.

Ditemui di sela-sela evakuasi kemarin, Roni mengatakan bahwa kerusakan pe rahu tersebut memang cukup parah. Jika memang diperbaiki, maka biaya yang di butuhkan cukup besar. ‘’Harga perahu gardan sekitar Rp 300 juta. Tetapi, dijual se bagai barang rongsokan kirakira hanya Rp 50 juta,’’ ujarnya. Sementara itu, para nelayan lain masih kesulitan mengevakuasi bangkai perahu yang tenggelam. Karena itu, tiga unit perahu slerek dikerahkan untuk menarik bangkai perahu itu menggunakan tali.

“Kalau cuma satu perahu gak kuat,” tutur Yusuf, salah satu nelayan Muncar. Selain sulit menarik perahu, juga sulit mengeluarkan mesinnya. Para nelayan pun terpaksa menyelam untuk membongkar mesin diesel tersebut. ‘’Mesin-mesin itu ada bautnya. Tapi, gak punya cara lain kecuali dengan merusaknya,” katanya. Kemarin, ada dua unit mesin diesel yang belum berhasil diangkat. Selain air laut keruh, ternyata mesin disel tersebut ter tu tup jaring.

“Semoga hari ini dua mesin itu bisa diambil,” kata Banjul alias Herman, se orang nelayan yang bertugas sebagai penyelam. Warga Dusun Sampangan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, itu menambahkan, di sepanjang jaring itu terdapat timah yang berbobot total satu ton. Dia menyebut, satu kilogram timah harganya Rp 30 ribu. ‘’Karena itu, orang yang punya perahu itu rugi besar,” terangnya. Kemarin banyak warga yang memadati kawasan proyek Minapolitan Muncar. Mereka menyaksikan proses evakuasi. Banyaknya warga yang datang itu mengundang para pedagang dadakan menjajakan makanan. (radar)