Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jauhkan Anak dari Kekerasan Seksual

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kak-setoBANYUWANGI – Perhelatan Pramuka terbesar tanah air, East java Scout Challenge (EJSC) 2015, akhirnya sampai di Banyuwangi. Di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini ajang hasil kerja sama Kwartir Daerah (Kwarda) Pramuka jatim dan DBL Jawa Pos tersebut tidak hanya dinikmati para peserta yang berasal dari tingkat SD sederajat.

Sebaliknya, kalangan orang tua yang anaknya terpilih sebagai peserta EJSC 2k2015 itu juga mendapat “kado” spesial. Mereka mendapat pembekalan tentang cara mendidik anak yang tepat dari Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Seto Mulyadi alias Kak Seto.

Pembekalan yang dikemas dengan kegiatan bertajuk Parents Gathering, Againt Child Sexual Abuse itu dlgeber di pendapa Sabha Swagata Blambangan kemarin (20/3). Tidak hanya ratusan orang tua peserta EJSC, gathering itu juga dihadiri Ketua Kwarda Pramuka Jatim, Saifullah Yusuf; Bupati Abdullah Azwar Anas beserta istri; Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko dan Istri; serta jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpinda) BaNyuwangi.

Sebelum menyampaikan paparan, kak Seto menampilkan slide berisi tips agar anak terhindar dari kekerasan seksual. Salah satunya, mengenalkan perbedaan antara orang tua, kerabat, teman, dan orang asing, kepada anak.

Orang tua juga perlu mengajari anak agar memahami perasaannya terhadap orang lain, misalnya marah, bingung, sedih, dan lain-lain. Selain itu, anak perlu diajari berkata “Tidak”. Anak harus diajari bersikap tegas, judes, bahkan bisa menghukum.

Membiasakan anak berbagi rahasia dengan orang tua juga perlu dilakukan demi menghindari kekerasan seksual. Tidak hanya itu, anak dianjurkan tidak berpakaian minim, menjaga pandangan dan kemaluan, serta pisah tidur dengan orang tua atau saudara lawan jenis.

Di awal pemaparannya, Kak Seto mengungkapkan, berdasar data KPAI, di lndonesia terjadi 702 kasus kekerasan seksual terhadap anak selama tahun 2014. “Kebanyakan anak yang menjadi korban kekerasan seksual merupakan anak yang tidak dekat dengan orang tuanya.

Karena itu, Kembangkan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak,” ujrnya. Kak Seto menuturkan, orang tua perlu terjun ke dunia anak agar bisa sedekat mungkin dengan anaknya. Jika anak bertanya tentang alat vitalnya, orang tua diimbau memberi tahu dengan bahasa yang tepat, misalnya dengan sebutan penis dan vagina.

“Beri tahu anak, jaga kebersihan alat vitalnya, cuci alat vital setelah pipis, jangan menyentuh alat vital jika tangan kotor, dan jaga keamanan alat vitalnya tersebut.” bebernya. Menurut Kak Seto, mendidik anak dengan kekerasan merupakan cara yang sangat tidak tepat.

Sayang, 84 persen anak Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Bahkan, beberapa waktu lalu terjadi kasus anak bunuh diri lantaran dipaksa ibunya bersekolah “Padahal, di sekolah anak tersebut di-bully teman-temannya, kata dia.

Masih kata kak Seto, saat untuk pulang sekolah, jangan ditanya berapa nilai yang didapat sang anak. Jangan ditanya anak tersebut nakal ataukah tidak di sekolah. Tetapi, tanyakan apakah aktivitas sekolahnya menyenangkan ataukah tidak.

Dengan begitu, kita akan tahu perasaan sang anak,” imbaunya. Sementara itu, Ketua Kwarda Pramuka jatim, Saifullah Yusuf atau yang karib disapa Gus Ipul menuturkan, Pramuka berada di antara rumah dan sekolah.

Dirumah ada orang tua, dan dl sekolah ada guru dan sistem belajar-mengajar. Gus Ipul mengatahui, pihaknya inggin antara rumah dan sekolah diisi kegiatan yang produktif, kreatif, dan inovatif yang menjadi bagian dari pendidikan karakter anak.

“Banyuwangi adalah yang tumbuh dengan baik. Kita bisa titip agar anak-anak jauh dari kekerasan seksual, ekses negatif pornografi dan penyalahgunaan narkoba Tiga hal itu yang menjadi isu internasional,” tandas pria yang juga wakil gubernur (wagub) jatim tersebut.

Ditanya mengapa orang tua juga menjadi bidikan dalam kegiatan EJSC, Gus ipul menerangkan orang tua diajak menjaga anak-anak dari tiga isu tersebut. Dia mengaku, parent gathering itu hanya sebagai pengungkit.

Dia ingin kegiatan itu jadi ispirasi untuk ditindaklanjuti dan diduplikasi bupati/wali kota se-jatim. “Pak Bupati (Anas) akan menduplikasi dl setiap kecamatan. Tiga isu tersebut harus dijawab orang tua dan pemerintah,” kata dia.

Bupati Anas menambahkan, kegiatan EJSC Parents Gathering merupakan kegiatan yang sangat baik. “Kita ingin menduplikasi Ke depan, kita ingin pengajian-pengajian besar diisi pendidikan anak seperti yang disampaikan Kak Seto. Targetnya bukan hanya Banyuwangi kota layak anak, tapi orang tua di Banyuwangi punya perhatian yang besar untuk anak-anak.” pungkasnya (radar)