ROGOJAMPI – Jembatan Gepuro yang ambrol pada Senin (1/2) dan tidak lekas diperbaiki pemerintah, akhirnya diperbaiki secara swadaya oleh warga. Hanya, perbaikan itu bersifat darurat. Warga hanya membuat jembatan gantung kemarin (1/4).
Jembatan yang menghubungkan Dusun Krajan dan Dusun Gepuro, Desa Watukebo, Kecamatan Rogojampi, itu kini hanya bisa dilewati kendaraan bermotor. Itu pun pengendara harus turun. Sebelumnya, mobil bisa melintas di jembatan itu. Mobil masih harus memutar sekitar tujuh kilometer.
Konstruksi jembatan gantung itu menggunakan pengait seling yang dihubungkan pada dua pilar beton. Lantai jembatan menggunakan sirap yang dijajar rapi. Kepala Desa Watukebo, Supriyadi, mengatakan jembatan yang menghubungkan Dusun Krajan dan Dusun Gepuro itu murni dibangun hasil swadaya masyarakat Dusun Gepuro.
Untuk membangun jembatan itu, 400 kepala keluarga (KK) iuran dan terkumpul Rp 13 juta. “Pembangunannya gotong-royong masyarakat,” ungkapnya. Kebutuhan infrastruktur jembatan itu, terang dia, sangat mendesak bagi warga Dusun Gepuro.
Pasalnya, jembatan itu satu-satunya akses untuk memperpendek jarak tempuh menuju Dusun Krajan dan kantor Desa Watukebo. Selain itu, jalur menuju desa lain di Kecamatan Rogojampi. “Jalur di jembatan itu cukup rmai. Banyak warga dan pelajar yang melintas,” katanya.
Hasil musyawarah tokoh masyarakat, lanjut dia, memutuskan perbaikan jembatan dilakukan secara swadaya meski dalam kondisi darurat. Yang enting bisa digunakan warga. Jembatan darurat hasil swadaya warga itu panjang 12 meter dan lebar 1,2 meter.
“Meski sudah diperbaiki, kami tetap usulkan ke dinas pekerjaan umum agar segera diperbaiki,” ujarnya. Seperti diberitakan harian ini sebelumnya, tiang penyangga jembatan Gepuro ambrol setelah di terjang derasnya aliran sungai Senin malam (1/2). Tidak ada kor ban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Jembatan yang ambrol itu kali pertama diketahui Hariyanto, 42, warga yang rumahnya dekat jembatan. Pada Senin malam (1/2) sekitar pukul 21.30 Hariyanto mendengar suara gemuruh cukup keras hingga dinding rumah dan kacanya bergetar.
Setelah keluar dari rumah, ternyata jembatan sudah melompong dan tiang penyangga jembatan ambruk ke tengah sungai. “Saya sedang istirahat, kaget dengan suara gemuruh mirip bom,” katanya. Tidak hanya Hariyanto yang terkejut, Mishad dan Sodik yang juga tinggal di sekitar jembatan terbangun dari tidur saat mendengar suara gemuruh yang cukup keras itu.
Karena membahayakan pengguna jalan, terutama saat malam, ya diperbaiki. Kalau tidak tahu bisa terperosok ke sungai,” terang Sodik. Gara-gara jembatan Gepuro ambrol, warga di Dusun Gepuro yang ingin ke kantor desa harus menempuh jarak sekitar tujuh kilometer dengan melewati Dusun Krasak, Desa Kaotan, Kecamatan Rogojampi.
Padahal, biasanya menuju kantor desa hanya butuhwaktu 10 menit naik motor. Pada tahun 2012 jembatan Gepuro juga pernah ambrol di bagian kiri. Saat itu diperbaiki Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang (Dis PU BM, CK, TR) Banyuwangi. “Sudah waktunya dibangun baru, karena konstruksi bangunannya tanpa besi dan sudah kuno,” tandasnya. (radar)