Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jual Gorengan, Kerahkan Anak Yatim Cari Rongsokan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

jualNaima Isadina Putri Widodo, 14, warga Dusun Krajan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, tergolong anak yang memiliki jiwa entrepreneurship. Betapa tidak, di usianya yang masih belia, dia telah mandiri dan bisa mencukupi kebutuhan ekonominya sendiri. Seperti apa kiprahnya?

BAKAT sebagai seorang pe ngusaha itu muncul sejak Caca—panggilan akrab Isadina—masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar negeri (SDN) di Muncar. Kala itu, setiap pulang sekolah, putri pasangan suami istri Wahyu Widodo, 45, dan Sri Utami Faktuningsih, 40, itu ikut mem bantu neneknya berjualan di sebuah warung di lokasi Persatuan Dagang Sepeda Motor (PDSM) Muncar.

Suatu ketika dia merasa prihatin me lihat jajanan gorengan yang dijual sang nenek tidak laku. Melihat hal itu, gadis mungil bertubuh su bur tersebut langsung punya ini siatif. Dia mengambil gorengan mi lik sang nenek itu dan ditaruh di ta lam. Seketika itu, Caca langsung mem bawa gorengan itu keliling dan menawarkannya kepada pedagang sepeda motor Jurus Caca dengan membawa jajanan gorengan kepada para pedagang itu ternyata cu kup manjur.

Tak sampai hitungan jam, ja jajan itu ludes dibeli pedagang motor. Puas menjual gorengan sampai habis, dia ak hirnya kembali ke warung dan menemui ne neknya. Melihat kerja keras cucunya ter sebut, sang nenek terharu sekaligus bang ga. “Saat dagangan habis, nenek sem pat geleng-geleng kepala dan senang,” ke nang Caca. Keberhasilan Caca menjual jajanan gorengan kala itu membuatnya semakin ber semangat.

Keesokan harinya—tepatnya se pulang sekolah—dia kembali datang ke warung. Lagi-lagi dia melihat jajanan milik neneknya masih banyak. Seperti sebelumnya, Caca kembali manja jakan dagangan tersebut kepada para pedagang motor. Karena masih banyak, Caca membawa dagangannya itu ke Ter minal Muncar hingga habis. Pekerjaan itu ternyata memacu semangat Caca.

Sejak saat itu, dia minta agar neneknya lebih banyak lagi memasak gorengan. Caca pun siap men jualnya secara berkeliling di PDSM dan Terminal Muncar. Menjual jajanan dia jalani hingga du duk di bangku kelas empat SDN di Mun car. “Sehari saya rata-rata untung Rp 18.000,’’ aku Caca kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Sejak duduk di bangku kelas lima SDN, Caca yang kini duduk di bangku kelas IX SMPN I Srono itu mulai berpikir beralih usaha sebagai pengepul rongsokan.

Selama ini dia banyak melihat besi-besi tua berserakan di sekitar tempat tinggalnya. “Saya berpikir kalau dikumpulkan kan bisa dijual,” tuturnya mengenang kala itu. Ide itu langsung dia lakukan. Sedikit demi sedikit dia kumpulkan rongsokan, baik berupa besi maupun plastik, lalu di kumpulkan di pekarangan belakang ru mahnya. Kala itu, Caca masih bingung akan dijual ke mana semua rongsokan yang dia kum pukan tersebut.

Hingga akhirnya, sang bapak, Wahyu Widodo, mengetahui apa yang dilakukan anaknya itu. Kali pertama melihat apa yang dilakukan anak nya, Wahyu sempat kaget. Namun, se telah melihat kemauan kuat sang anak, dia akhirnya memilih memberi sedikit modal se kaligus menunjukkan tempat menjual rongsokan, yaitu di gudang Pak Anis, Ro gojampi. “Kala itu rongsokan yang sudah saya kumpulkan didatangi orangnya Pak Anis.

Selanjutnya, rongsokan itu dibawa ke gudangnya,” jelasnya. Semakin lama, upaya mengumpulkan rong sokan ini bisa dirasakan hasilnya oleh Caca. Dia bisa menabung hingga be berapa juta di bank. Belakangan dia mulai mengajak para anak yatim dan keluarga miskin di sekitarnya untuk ikut mencari rongsokan yang berserakan di sekitar tempat tinggalnya. Caca merasa kasihan dengan anak yatim ter sebut.

Sebab, setiap hari enggan beli jajan, karena tak punya uang. “Akhirnya, me reka saya ajak mencari rongsokan agar bisa jajan,” tuturnya. Hampir setiap hari—tepatnya sepulang se kolah—para anak yatim tersebut mencari rongsokan, baik berupa besi maupun bekas botol Aqua, di sekitar tempat tinggalnya dan di Terminal Muncar, lalu disetorkan ke rumah Caca. Semakin lama, usaha sebagai pengepul rongsokan ini semakin besar.

Sampai-sampai orang tuanya membelikan sebuah truk untuk mengangkut rongsokan yang terkumpul tersebut ke gudang Pak Anis. “Saya juga bisa nyopir truk sendiri, Om. Biasanya kalau setor, saya yang nyetir. Anak-anak naik di belakang,” tuturnya. Mesi sukses sebagai pengepul rongsokan, tapi itu membuat Caca berpuas diri. Be lakangan dia mulai mengembangkan usahanya dengan berjualan busana, seperti ke rudung dan alat elektronik seperti HP via online.

“Sekarang jualannya harus online, Om, karena sudah eranya,” ujarnya. Berbagai hasil usaha yang ditekuni sejak di bangku kelas tiga SDN tersebut, Caca mengaku te lah memiliki tabungan yang cukup banyak, yaitu Rp 100 juta. “Sekarang tinggal Rp 80 juta karena baru saya pakai beli motor Ninja,” aku ga dis yang terlihat lincah dan cekatan itu. (radar)