Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kasek SD Berat Hati Menjalani Mutasi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

GENTING-Roda mutasi delapan kepala sekolah dasar negeri (SDN) di Kecamatan Genteng beberapa waktu lalu ternyata ditanggapi para kasek tersebut dengan berat hati. Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Banyuwangi, kasek tersebut “kurang ikhlas” ketika harus pindah tugas ke sekolah baru. Namun, tidak semua kasek yang dimutasi tersebut mau mengungkapkan isi hatinya secara blak-blakan. Hanya dua kasek yang mau berterus terang kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin (22/10).

Seperti yang disampaikan Titik Budiarti, yang sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN 4 Kaligondo. Dia mengaku keberatan menjadi kasek di SDN 6 Kaligondo. Alasan, jarak sekolah tersebut dari rumahnya cukup jauh. Rumah Titik di Jalan Jember, di Pertigaan Pak Ponggo, berjarak tujuh kilometer (7 Km) dari SDN 6 Kaligondo. Apalagi, masa tugasnya sebagai pegawai negeri sipil hanya tersisa 11 bulan lagi. “Ya dulu cuman lima menit ke sekolah. Sekarang jauh. Titik mengakui, dirinya telah mengirim surat keberatan atas penempatan baru itu melaIui PGRI Kecamatan Genteng. 

Dia mengaku lebih baik menjadi guru biasa daripada menjadi kepala sekolah di sekolah baru yang jauh dengan masa kerjanya hanya tinggal 11 bulan. “Ya nanggung, minimal satu tahun setengah. lebih baik jadi guru biasa saja,” cetusnya. Surat keberatan tersebut dikirimkan kepada UPTD Pendidikan Kecamatan Genteng sesaat setelah Titik menerima stuat mutasi 14 Oktober 2014 lalu. “Begitu penyerahan (mutasi), besoknya saya mengajukan surat (keberatan),” tuannya. Sementara itu, keberatan atas mutasi juga disampaikan Amilah, yang sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN 5 Genteng.

Kini Amilah ditugaskan sebagai kepala SDN 4 Kaligondo. Amilah mengaku terkejut dengan adanya salat mutasi tersebut. Selain merasa tidak mendapat sosialisasi terlebih dahulu, jarak sekolah baru dengan tempat tinggalnya cukup jauh. Faktor fisik menjadi alasan dirinya merasa berat meninggalkan sekolah lama. “Kalaupun mau dimutasi, harus ada pertimbangan. Saya ini sudah tua dan perempuan,” keluhnya. Menanggapi hal tersebut, Ketua PGRI Kecamatan Genteng Widyanto mengaku sudah menampung keluhan anggotanya itu. 

Namun, dia berharap mereka tetap menerima penugasan baru tersebut. Sebab, kata dia, hal itu merupakan aturan yang harus dijalankan. “Kami harus memperjuangkan teman-teman, tapi ya dijalani dulu,” tuturnya. Menanggapi kemelut tersebut. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Genteng, Sugiartono, menegaskan mutasi tersebut sifatnya rutin. Dia menegaskan, kasek yang dimutasi seharusnya menerima dengan bijak bahkan bangga. Sebab, mutasi itu dimaksudkan meningkatkan kualitas sekolah. Kasek yang dimutasi kali ini merupakan kasek berprestasi dan berkinerja baik.

“Niat baik kak tidak dipahami,” ujarnya. Sugiartono menegaskan, mutasi kasek itu sama sekali bukan bentuk panishment. Mutasi itu semata-mata guna meningkatkan kualitas sekolah yang lain. “Bukan panishment. Ini regulasi,” tegasnya. Terkait penempatan yang di nilai terlalu jauh dari rumah oleh beberapa orang. dia mengatakan, asas domisili tetap di jadikan acuan. Selain itu yang lebih penting adalah status akreditasi sekolah yang akan di tuju. Mengenai permintaan lokasi sekolah yang berdekatan dengan rumah, pihaknya memperhatikan status akreditasi sekolah tersebut, Kalau akreditasinya B ya ke B, tidak boleh ke A,” ujarnya. (radar)