Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kegiatan Gotong Royong Spontan Ditinggalkan

PINDAH: Alat berat meninggalkan tambang pasir di Desa Bedewang kemarin.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
PINDAH: Alat berat meninggalkan tambang pasir di Desa Bedewang kemarin.

Aksi unjuk rasa warga menutup galian pasir di Dusun Krajan, Desa Bedewang, Kecamatan Songgon, berlangsung spontan kemarin. Mereka yang sedang gotong royong langsung bergerak demi mendukung aksi penolakan tambang pasir.

KEPEDULIAN warga Desa Bedewang patut diacungi jempol. Hal itu terlihat saat mereka kompak menolak penambangan pasir di wilayah- nya. Selain dianggap merusak lingkungan, galian pasir tipe galian C tersebut membuat warga tidak bisa memanfaatkan air bersih.

Kenapa bisa begitu? Warga yang tinggal di sisi timur galian tersebut memang tidak bisa lagi menggunakan air bersih. Sebab, aliran sungai menjadi kotor dan keruh.

Tentu saja, hal itu menyebabkan warga tidak bisa mandi dan cuci piring. Akhirnya, warga pun berontak. Mereka melakukan aksi penutupan tambang pasir tersebut. Sebab, setelah ada penambangan pasir, mereka harus mandi dan mencuci di sungai lain yang lebih jauh.

Selama sebulan warga tidak bisa melakukan aktivitas normal. Warga sadar, jika ingin bebas beraktivitas seperti dulu, mereka harus mengambil langkah tegas. “Itu dorongan dari hati.

Warga yang biasanya menggunakan air bersih, kisi sudah tidak bisa pakai lagi,” kata Abror Kohar, seorang warga Desa Bedewang, sambil mengelus dada Kata Abror, galian pasir tersebut menimbulkan beragam persoalan.

Selain merusak lingkungan, hilir-mudik kendaraan pengangkut pasir juga mengakibatkan jalan rusak. ‘’Lihat saja, jalan sudah rusak mau di rusak lagi. Hal inilah yang membuat warga emosi,” ujar tokoh masyarakat itu.

Persoalan lain, sebut Abror, sawah yang berimpitan dengan lokasi penambangan tersebut juga menjadi tercemar. Sebab, alat berat yang digunakan menggali pa sir itu menyebabkan sawah-sawah di sekelilingnya ambrol. “Kalau tidak ada penyebabnya, warga tidak akan seperti ini,” terangnya.

Warga Desa Bedewang, Samsul Hadi menambahkan, bahwa galian pasir tersebut telah merusak lahan milik orang tuanya. Kini, sawah yang ditanami cabai tersebut sudah ambrol. ‘’Lahan galian mepet sawah milik bapak saya, jadinya ya nggerontol (ambrol, Red),” ungkapnya.

Menurut Samsul, awalnya orang tuanya tidak pernah menyetujui adanya galian pasir tersebut. Namun, bapaknya selalu di datangi pemilik sawah yang dijadikan galian pasir tersebut. “Bapak saya sakit, ya akhirnya tanda tangan di atas surat perjanjian,” katanya.

Pada perjanjian itu, lanjut dia, galian tersebut tidak akan menyentuh batas tanah. ’’Perjanjiannya 2,5 meter tidak sampai atas, tapi kenyataannya sampai batas, jadi sekarang rusak semua,” bebernya. Atas kasus tersebut, sebenarnya dirinya sudah menanyakan kepada pejabat desa se tempat.

Namun, keluhan tersebut hingga kini masih belum ada jawaban. “Saya menanyakan di bulan Puasa, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan,” urainya. Pengamatan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin, warga mulai berdatangan ke lahan penambangan pasir sejak pagi.

Dari arah barat, warga Desa Parang Harjo, dan warga Dusun Arjosari, datang mengendarai sepeda motor. Khusus warga Dusun Krajan memilih erjalan kaki karena lokasinya lebih dekat.

Warga Desa Bedewang, khususnya Dusun Krajan, dan sejumlah dusun lain di timur penambangan, juga datang. Kemudian,mereka berkumpul di lokasi penambangan dengan tujuan menutup segala bentuk penggalian. (Radar)

Kata kunci yang digunakan :