Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kepala Kerbau Keramat Dirapikan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

GIRI – Mendekati hari penyelenggaraan tradisi Puter Kayun pada hari ke delapan hingga 10 Syawal mendatang, masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, mulai bersiap sejak kemarin (29/6).

Beberapa warga yang akan melakukan Ider Bumi dengan Kebo-keboan mulai membersihkan dan mempercantik properti untuk pawai tersebut. Dalam rangkaian festival Puter Kayun, Kebo-keboan biasanya ditampilkan pada tanggal 9 Syawal. Kebo-keboan tersebut akan diarak keliling penjuru Kelurahan Bayolangu.

Hasil pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin, beberapa kepala Kebo-keboan sudah mulai dibersihkan. Bahkan, ada beberapa kepala Kebo-keboan yang dicat ulang, agar warnanya terlihat menarik.

Seperti yang dilakukan Gunawan, 49, seorang warga Kelurahan Boyolangu. Pria yang mewarisi generasi pawang Kebo-Keboen Boyolangu itu terlihat sedang menjahit kain putih untuk menutupi kepala Kebo-keboan yang akan tampil dalam rangkaian ritual Ider Bumi nanti.

Gunawan menceritakan, kepala Kebo-keboan yang sedang ditanganinya ini adalah salah satu yang paling tua dan dapat dibilang keramat. Sebelum dimainkan pada saat perayaan Ider Bumi nanti, kepala Kebo-keboan ini lebih dulu dibersihkan dan di bawa ke makam anak dari Buyut Jokso yaitu Buyut Kapluk atau Buyut Singosari.

Setelah itu, kata Gunawan, kepala kebo diinapkan semalam. Satu keesokan harinya, properti itu bisa dipasang untuk ikut perayaan Ider Bumi. “Kepala kebo-keboan ini masuk generasi ke 3. Dulu yang membuat bapak saya bersama teman-temannya. Kemudian setelah bapak saya meninggal, sepasang kepala kebo ini diberikan kepada Mbah Saloak. Salah satu pawang yang juga teman bapak, setelah Mbah Saloak meninggal, kepala kebo ini dikembalikan ke saya lagi,” terang Gunawan.

Merawat kepala kebo-keboan sendiri, kata dia, bukan hal yang sulit. Apalagi, Gunawan masih keturunan dari pawang sebelumnya. Sehingga, dia tahu cara membersihkan dan merawat benda tersebut.

“Ini rangkanya dari rotan lalu dilapisi kain tebal. Sudah lama ini umurnya,” mulai bapak saya muda. Sebagian orang di sini tidak ada yang berani dipasrahi merawat kepala Kebo- keboan ini, karena sebagian menganggap keramat. Kalau saya sih tidak terlalu dipikirkan hal seperti itu, yang penting terawat,” jelas kakek satu cucu itu.

Hanya, Gunawan percaya jika sebelum dipakai ke orang yang mau menjadi Kebo-keboan, harus ada proses untuk mempersiapkan sesajen. Seperti jenang lima warna, sekul arum, piring fakir (beras kuning dicampur sedikit air), dan peteteng ayam kampung.

“Kalau ritual sama persyaratannya saya tidak berani menghilangkan, weluri. Tahun kemarin saja  sempat ada syarat yang lupa, malah kesurupan yang memakai kepala Kebo-keboannya. Jadi mending tetap diselenggarakan saja ritualnya,” jelas Gunawan.

Sementara itu, tak jauh dari tempat Gunawan, warga Boyolangu lainnya yaitu Sapari, 64, tampak juga sedang membersihkan dan mengecat tiang kepala Kebo-keboan. Sapari mengatakan, sepasang kepala Kebo-keboan yang dicat itu adalah generasi ke lima dari Kebo-keboan yang pertama ada di Boyolangu.

“Ini yang membuat Pak Mamik, tapi orangnya sudah tidak ada. Kebetulan saya diminta mengecat agar terlihat baru. Besok mau dipakai waktu Ider Bumi,” terangnya. Ritual Ider bumi dengan Kebo-keboan dipercaya menjadi salah satu ritual yang pernah dilakukan oleh Buyut Jokso, yaitu leluhur yang membuka permukiman Kelurahan Boyolangu.

Buyut Jokso saat itu diceritakan membuka lahan pertanian dengan menggunakan tenaga kerbau untuk membajak sawah. Sehingga sejak saat itu, Kebo-keboan selalu disertakan dalam ritual ider Bumi yang dilangsungkan di Kelurahan Boyolangu untuk menghormati jasa Buyut Jokso.(radar)