Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kredit BPR Didominasi Sektor Perdagangan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kreditNasabah Terbanyak Asal Wongsorejo
BANYUWANGI – Penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Willis Putra Banyuwangi masih didominasi sektor perdagangan Pada tahun 2014 lalu BPR Wilis Putra menyalurkan kredit sektor perdagangan mencapai Rp 27 miliar. Realisasi kredit itu turun sekitar 4,97 persen dari realisasi tahun 2013 yang mencapai Rp 30 miliar. Plafon pinjaman mereka beragam antara Rp 1,5 juta hingga Rp 50 juta.

“Rata-rata pinjaman sebesar Rp 20 juta per debitur” ungkap Direktur BPR Wilis Putra Banyuwangi, Tikno Santoso. Tikno mengungkapkan, dana 3.890 debitur yang tersebar di Banyuwangi, paling banyak berasal Desa Bajulmati, Kecamatan Wongsorejo. “Ada sekitar 1.000 lebih debitur mikro kita dari Kecamatan wongsorejo,” sebut Tikno BPR cenderung memilih nasabah sektor perdagangan karena relatif memiliki risiko gagal bayar rendah. Pada tahun 2014 lalu BPR sedikit menahan penyaluran kredit di sektor jasa dan tani.

Pada tahun 2014 dua sektor itu memiliki risiko gagal bayar karena kondisi pertanian buruk akibat faktor cuaca ekstrem. “Tahun kemarin iklim kurang bagus untuk pertanian. Dilihat dari hasil pertanian yang menurun, tidak bisa menjamin debitur sektor tani mengembalikan pinjaman,” ucapnya. Karena menekan dua sektor tersebut, kata Tikno, BPR Wilis menggenjot nasabah di sektor konsumsi. “Sebagian besar nasabahnya berprofesi sebagai pegawai, jadi risiko gagal bayar cenderung rendah,” pungkasnya.

Sementara itu, sektor ekonomi jasa yang di dominasi bidang transportasi umum juga ditekan karena kondisi transportasi umum di Banyuwangi dinilai tidak prospektif. Sektor jasa dan tani menempati urutan kedua dan ketiga. Penyaluran kredit di sektor jam pada tahun 2014 mencapai Rp 15 miliar atau menurun 1,98 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 16 miliar. Sektor tani pada tahun 2014 mencapai Rp 12,6 miliar. Sektor konsumsi berada di peringkat terakhir dengan nominal penyaluran dana Rp 18 miliar. Jumlah ini meningkat 8,08 persen dari tahun 2013 yang hanya Rp 12 miliar. (radar)