Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Lahan Tebu PGG Kurang 4000 Ha

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Kebutuhan lahan tanaman tebu Pabrik Gula Glenmore (PGG) sampai saat ini belum juga terpenuhi. Dari 10 ribu hektare lahan yang dibutuhkan, yang tersedia baru sekitar 6000 hektare atau masing kurang 400  hektare.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (PKP) Ikrori Hudanto melalui Kabid Perkebunan Khoiri mengatakan, dari 6000 lahan yang sudah tersedia, sekitar 5.021 hektare lahan perkebunan besar dan 517 hektare merupakan lahan perkebunan rakyat.

“Pemenuhan lahan tebu memang bertahap. Targetnya baru tahun 2020 semua kebutuhan lahan terpenuhi,” ungkap Khoiri. Khoiri mengungkapkan, PGG mematok rendemen tebu sembilan persen. Pada tahun 2014 lalu, rendemen tebu Banyuwangi baru 7,5 persen.

“Untuk mencapai rendemen sembilan persen itu, maka PG Glenmore memberlakukan SOP mulai dari budi daya hingga pasca panen” jelas Khoiri. Untuk memudahkan petani mencapai rendemen sembilan persen itu, lanjut Khoiri, PG Glenmore akan memberikan pinjaman sarana dan prasarana kepada para petani tebu melalui kemitraan.

Agar petani bisa merealisasikan rendemen sembilan itu, perkebunan tebu rakyat akan dibongkar dan diproses tanam dari awal. “Setelah kondisi tanah bongkar, maka ditanam benih baru sesuai SOP PG Glenmore,” beber Khoiri. PG Glenmore sendiri saat ini telah melakukan tahap percobaan giling.

Sementara ini bahan baku masih mengandalkan tebu baru PTPN XI dan XII dengan total luas panen 5.021 hektare dengan provitas (produktivitas tanaman, red) 76 ton per hektare. Sedangkan luas perkebunan tebu rakyat saat ini ada 517 hektare dengan provitas sama yakni 76 ton per hektare.

Tingginya tawaran nilai rendemen tersebut akan berdampak pada keuntungan petani Sebab, biaya produksi maupun transportasi yang dikeluarkan petani akan berkurang. Selama ini tebu rakyat dikirim ke Pabrik Gula Asembagus Situbondo dan Pabrik Semboro Jember.

Kedua pabrik tersebut menerima rendemen tebu 7,5 persen. “Jika rendemen lebih tinggi, petani akan memilih menjual tebu PGG. Biaya transportasi akan menurun dan meningkatkan pendapatan mereka,” tandasnya. (radar)