Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Lestarikan 21 Jenis Tanaman Bambu sejak 1997

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

lestarikanPOTENSI wisata di hutan Banyuwangi Barat tampaknya cukup kompleks. Tim ekspedisi masih berhasrat menggali dan menemukan objek tertentu di kawasan hutan lereng Gunung Raung tersebut. Kali ini rombongan bergerak ke arah barat. Seperti semula, rute yang dilalui tetap menantang. Waktu terus berjalan. Sinar matahari terus menurun dan semakin pudar. Rimbunnya pohon pinus membuat suasana semakin gelap. Padahal, berangkat dari Situs Siwa Lingga Gumuk Payung, di RPH Sidomulyo, BKPH Setail, Kecamatan Sempu, masih sekitar pukul 14.00.

Meski berada di tengah hutan dengan aneka macam tumbuhan, tapi ada yang aneh selama perjalanan. Sebab, meski hutan lebat dengan pohon pinus yang besar, di kawasan itu jarang sekali terdengar suara burung. Mungkin itu hanya kebetulan. Yang jelas, saat itu memang nyaris tidak terlihat burung terbang, apalagi kicaunya. Arboretum bambu seluas beberapa hektare menjadi jujukan selanjutnya. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya rombongan tiba di lokasi yang dituju. Aneka jenis bambu terlihat di lokasi tersebut. 

Setiap jenis tumbuh dikelompokkan di blokblok khusus. Yang menarik, meski jumlahnya banyak, tapi tanaman bambu tersebut tertata dengan baik. Sesaat setelah tiba, sebagian rombongan terlihat begitu letih. Bahkan, saking tidak kuat menahan rasa kantuk, seorang driver Chevrolet Trooper 4×4 langsung istirahat. Apalagi, di ujung arboretum bambu itu ada sebuah gubuk. Semilir angin semakin nikmat untuk melepas penat dengan berbaring.

Tapi, sebagian rombongan tetap berusaha untuk menahan diri. Caranya, menyedot beberapa batang tebu yang diberi dari PT. Tirta Harapan Bayu Kidul, Dusun Lider, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Solusi itu tampaknya bisa menambah energi baru, sekaligus mengurangi rasa kantuk yang terus mendera. Sejumlah petugas Perhutani yang menjadi penanggung jawab kawasan itu, menyambut kedatangan tim ekspedisi. KRPH Gunungsari, Sumardi, tampak membawa beberapa kertas di tangan. 

Dia tampaknya sudah siap dalam menyambut kedatangan rombongan. Kepada tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi, Sumardi mengulas secara rinci tentang keberadaan arboretum tanaman bambu. Dalam perbincangan itu, aneka tanaman bambu itu sudah dilestarikan sejak lama. Dari data yang tumbuh saat ini, pohon bambu dengan beragam jenis itu mencapai puluhan ribu. ‘’Bambu-bambu ini ditanam dan dilestarikan sejak tahun 1997,’’ terangnya.

Dari data terkini, setiap jenis bambu memiliki jumlah bervariasi. Setiap blok, paling sedikit berjumlah 303 batang. Seperti jenis bambu petung yang tumbuh di 53 dapur. Sedangkan, bambu dengan jumlah paling banyak adalah jenis bambu petung yang mencapai 6.301 yang tumbuh di 699 dapur. Aneka jenis bambu itu tumbuh di empat blok. Jumlah bambu di blok nomor satu mencapai 26.768 batang. Di blok dua, jumlah batang bambu mencapai 25.048. 

Sementara di blok empat ada 15.329 batang dan blok empat hanya 6.301. Dari data itu, maka jumlah batang bambu yang tumbuh dengan baik di lokasi itu menembus angka 73.446 batang. Sementara, bambu yang ditanam terdiri atas 21 jenis, antara lain wuluh, rampal, gading, cina, jawa, pecut, olet, petung, tutul, serit, batu, gesing, apus, legi, mangong, ampel, ori, andeng, ireng, besing, dan peting. Selama ini, pihak Perhutani tidak bisa mengambil keuntungan dari tanaman bambu tersebut.

Sebab, sejak awal, memang arboretum bambu itu hanya untuk pelestarian. ‘’Bambu- bambu ini tidak dijual. Kita hanya memelihara saja,” terang Asper/KBKPH Glenmore, Lutfian Noor, kepada tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi. Menurut Lutfian Noor, arboretum bambu itu bakal terus dilestarikan. Meski begitu, arboretum itu banyak dijadikan riset penelitian baik mahasiswa maupun dari peneliti baik dalam maupun luar negeri. ‘’Kami akan sambut baik setiap orang yang ingin tahu tentang arboretum,” ujarnya. 

Melihat pentingnya arboretum, dia mengajak kepada semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kawasan itu dengan baik. Sebab, menurutnya, masih ada oknum yang mencuri rebung. “Memang, masih ada yang mencuri rebung. Utamanya jenis bambu petung,” paparnya. Sementara itu, selesai melakukan tatap muka dengan tim ekspedisi. Sebagian petugas memberikan contoh jenis bambu kepada tim ekspedisi. Beberapa jenis bambu itu bisa ditanam atau bisa dijadikan riset untuk keperluan penelitian. (radar/bersambung)