Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Lima Tahun, Pantai Susut 15 m

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

limaROGOJAMPI – Ratusan nelayan di Pantai Pecemengan, Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi kini resah. Garagaranya, angin kencang dan ombak besar kerap melanda kawasan pesisir tersebut Akibatnya, banyak nelayan yang tidak melaut karena cuaca tidak bersahabat sepekan terakhir ini. Terpaan angin kencang dan ombak besar ternyata bukan hanya terjadi kali ini.

Sejak Mei 2013 lalu, ombak di sekitar Pantai Pecemengan sudah tidak normal. “Ombaknya ganas sekali, nelayan sampai takut melaut,” cetus Syarbini, 35, salah satu nelayan di Pantai Pecemengan. Setiap Mei hingga Agustus, jelas Syarbini, angin dan ombak di daerah perairan Pecemengan memang cukup besar. Tapi yang terjadi pada pekan terakhir ini, dianggap sudah tidak wajar. “Air laut naik sampai masuk ke warung lesehan,” tuturnya.

Syarbini menyebut, ombak dan angin kencang terjadi pada Rabu (3/7) lalu. Saat itu, sebut dia, nelayan harus berlarian untuk menyelamatkan perahunya yang disandarkan di pantai agar tidak terbawa arus laut. “Ombaknya besar dan ganas sekali,” katanya. Gara-gara ombak yang menggila itu, sebut dia, tiga perahu milik nelayan mengalami kerusakan yang cukup serius.

Ketiga perahu itu milik Suwondo, Miskali, dan Sutrisno. “Tiga perahu itu harus diperbaiki, rusaknya lumayan parah,” cetus warga Dusun Pecemengan, Desa Blimbingsari ini. Nelayan lainnya Yutik, 45, menambahkan, ombak yang besar itu bukan hanya merusakkan tiga perahu milik nelayan. Tapi, plengsengan di pinggir pantai milik pabrik galangan kapal PT. F1 Perkasa juga hancur. “Musala milik pabrik galangan juga hancur di bagian depan,” katanya.

Menurut Yutik, para nelayan yang ada di Pantai Pecemengan ini sebenarnya sudah merasa tidak aman. Sebab, air laut akibat ombak besar sering mengancam perahu yang bersandar di pantai. “Pantai di Pecemengan ini terus mengalami abrasi,” ungkap warga Dusun Pecemengan, Desa Blimbingsari ini. Pantai Pecemengan saat ini, terang dia, sudah mundur akibat abrasi sekitar 50 meter.

Ancaman abrasi, kata dia, masih terus terjadi sampai saat ini. “Waktu saya masih remaja dulu, bibir pantai berada garis bola merah itu,” ujarnya sambil menunjuk garis bola yang ada di tengah laut. Sambil membetulkan jaringnya, Yutik yang mengaku sudah menjadi nelayan sejak duduk di bangku SD ini menyampaikan, abrasi di Pantai Pecemengan itu berlangsung cukup cepat. Hanya dalam waktu sekitar lima tahun, pantai mengalami pengurangan akibat abrasi sekitar 15 meter.  “Abrasi ini masih terus berlangsung,” cetusnya.(radar)