Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mahasiswa UB Pelajari Penyu di Boom

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mahasiswaBANYUWANGI – Upaya pelestarian penyu yang dilakukan Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) alias Yayasan Penyu Banyuwangi mulai menarik perhatian kalangan mahasiswa. Sebanyak 21 mahasiswa asal Universitas Brawijaya (UB) Malang rela jauh-jauh datang ke Bumi Blambangan untuk melihat dari dekat lokasi penetasan penyu semi alami yang dibangun BSTF di kawasan Pantai Boom, Banyuwangi, kemarin (15/4).

Rombongan mahasiswa UB Malang tersebut ditemui langsung dua pentolan BSTF, yakni Wiyanto Haditanojo (pembina BSTF) dan Ir. Kuswaya MSi (penasihat BSTF).Selain mengajak mahasiswa me lihat langsung kandang penetasan penyu semi alami di kawasan Pantai Boom, Kuswaya juga mengadakan sesi tanya-jawab tentang penyu dengan para mahasiswa.  

Pertanyaan-pertanyaan kritispun diberikan mahasiswa ter sebut, salah satunya mengapa telur penyu yang mendarat di Pantai Boom harus dipindah ke lokasi penetasan semi alami, mengapa tidak dibiarkan menetas di tempatnya semula. Mendapat pertanyaan ter sebut, Kuswaya menjelaskan, memang akan lebih baik jika telur penyu dibiarkan menetas secara alami. Namun, pemindahan dilakukan guna mencegah telur penyu tersebut menjadi mangsa predator alami dan mencegah diburu oknum tidak bertanggung jawab.

Pertimbangan lain, normalnya penyu hanya mau bertelur di pasir pantai yang benar-benar kering dan tidak terdampak pasang surut air laut. Tetapi, yang terjadi di Pantai Boom, penyu bertelur hanya beberapa meter dari bibir pantai dengan kedalaman hanya sekitar 35 centimeter (cm). “Jika tidak dipindah ke lokasi penetasan semi alami yang kita sediakan, telur tersebut akan terkena pengaruh pa sang-surut air laut. Telur dikhawatirkan tidak menetas karena terlalu lembab,” jelas Kuswaya. 

Dia menambahkan, meski sederhana dan tidak digembok, kandang penetasan telur penyu semi alami itu relatif aman. Sebab, kepala kelurahan setempat bersama masyarakat sekitar secara sukarela ikut memantau dan membantu pengamanan kandang tersebut. “Kesadaran masyarakat sekitar untuk ikut melestarikan penyu sudah terbangun. Mereka secara suka rela mengawasi lokasi penetasan semi alami ini,” cetusnya.

Sementara itu, kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Fazar Rasyidi, 21, mahasiswa semester enam Program Studi (Prodi) Pariwisata, Fakultas Ilmu Administrasi, UB mengatakan, mereka tertarik melihat lokasi penetasan penyu semi alami di Pantai Boom setelah membaca berita yang dimuat di “Halaman Jatim” Jawa Pos beberapa hari lalu. Dia mengaku tidak menyangka ada penyu yang mau mendarat di pantai yang berlokasi tidak jauh dari pusat Kota Kopi ini. 

Sebab, berdasar informasi yang dia terima sebelumnya, Pantai Boom dinyatakan kotor. “Kami baca di koran Jawa Pos, ternyata pantai yang cukup ramai dikunjungi masyarakat ini (Pantai Boom) merupakan salah satu lokasi penyu mendarat di Banyuwangi,” ujarnya. Fazar menambahkan, dia dan teman-temannya semakin tertarik melihat secara langsung sepak terjang BSTF melestarikan penyu lantaran beberapa teori tentang pendaratan penyu berhasil dijungkir balikkan.

Dikatakan, beberapa teori menyebutkan, penyu hanya mau mendarat di tempat yang sepi pada tengah malam atau dini hari. Tetapi, kenyataannya, penyu di Pantai Boom mulai mendarat pukul 19.30. Bahkan, penyu tersebut tetap mendarat meski kondisi Pantai Boom belum benar-benar sepi. Pemuda yang juga ketua rombongan mahasiswa UB itu menambahkan, dirinya sangat mengapresiasi langkah BSTF melestarikan satwa liar dilindungi ter sebut. 

Sebab, di tingkat nasional pun tidak banyak orang yang peduli dengan pelestarian lingkungan. “Kami mengapresiasi apa yang dilakukan BSTF. Di kampus, kami dididik menjadi tour operator yang bertanggung jawab, baik terhadap lingkungan maupun budaya, karena itu yang menjadi daya tarik utama pariwisata di Indonesia,” terangnya.

Imam Ahmad Adhi, 21, mahasiswa lain menambahkan, sebagai mahasiswa yang mempelajari wisata, dirinya menganggap kelestarian lingkungan merupakan daya tarik utama pariwisata. Jika alam sudah tidak lagi terjaga dengan baik, maka tidak ada lagi daya tarik wisata yang bisa “dijual”. “Kami juga ingin tahu Pantai Boom lebih jauh. Sebab, kami dapat informasi, pantai ini akan dikemas seperti Pantai Jimbaran, Bali,” pungkasnya. (radar)