Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Marak Rhodamin, Sekolah Diminta Bangun Kantin Sehat

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Untuk menyelamatkan siswa dari makanan berbahaya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi mendorong setiap sekolah memiliki kantin sehat. Dorongan itu sebagai tindak lanjut dari temuan jajanan yang mengandung bahan pewarna tekstil Rhodamin dan zat berbahaya lainnya. Beberapa pekan lalu, Dinkes melakukan penelitian terhadap 91 sampel makanan di beberapa kecamatan.

Dari puluhan sampel makanan itu, sebanyak 21 sampel jajanan diketahui mengandung Rhodamin dan zat berbahaya bagi kesehatan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Banyuwangi, dr Widji Lestariono mengatakan, untuk memudahkan pengawasan, maka pihaknya mendorong sekolah memiliki kantin sehat. Kalau setiap sekolah memiliki kantin sehat, siswa ada pilihan untuk mendapatkan jajannya. Selama ini, kata lelaki yang akrab disapa Rio itu, tidak semua sekolah memiliki kantin sehat.

Sehingga para siswa mendapatkan jajan dari pedagang yang lepas dari pengawasan sekolah. “Zat bahaya yang kita temukan pada beberapa sampel makanan berpotensi menimbulkan kanker. Karena itu, anak-anak kita harus diselamatkan dari makanan berbahaya itu,” kata Rio. Selain mendorong sekolah memiliki kantin sehat, Dinkes bertindak cepat untuk menindaklanjuti temuan makanan berbahaya. Beberapa langkah itu, mendekati penjual makanan tersebut agar tidak lagi menjual makanan berbahaya itu.

Menurut Rio, data beberapa penjual makanan itu sudah dikantongi Dinkes. Pihaknya terus memantau pedagang tersebut, apakah mereka tetap menjual jajan mengandungzat berbahaya atau tidak. “Kita sudah mendatangi mereka agar tidak lagi menjual barangbarang yang mengandung zat berbahaya,” katanya. Selain itu pula, Dinkes sedang melacak produsen beberapa makanan yang diketahui mengandung zat berbahaya.

Sebab, berdasarkan data di lapangan, para pedagang tidak memproduk sendiri melainkan dapat barang dari produsen. Beberapa produsen, datanya sudah dikantongi secara lengkap. Karena itu, Dinkes akan mendatangi produsen jajanan berbahaya untuk tidak memproduk jajan mengundang zat berbahaya. “Misi kita menyelamatkan generasi bangsa. Kalau terus di konsumsi, dampaknya akan dirasakan beberapa tahun mendatang,” jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, penelitian Dinkes Banyuwangi akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Dari 91 penganan yang dijual di beberapa lokasi di Bumi Blambangan, ternyata 21 persen mengandung zat berbahaya dan pewarna tekstil. Kepala Bidang PLPM pada Dinas Kesehatan Banyuwangi, H. Sugeng Fadjar H. APP. M.Kes mengakui, Dinkes telah melakukan penelitian terhadap puluhan jajanan di Banyuwangi. Sampel makanan tersebut diuji di laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya.

Fadjar menambahkan, sampel penelitian tersebut diambil dari Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Muncar. Jenis makanan yang diuji bermacam-macam. ‘’Mulai kerupuk, terasi, sawur, es cendol, cenil merah, hingga arum manis,” ujar Fadjar. Setelah pengujian laboratorium BPOM selesai dilakukan, hasilnya cukup mengejutkan. Ada beberapa makanan yang mengandung zat berbahaya. Menurut Fadjar, ada makanan yang mengandung pewarna tekstil, ada juga yang mengandung Rhodamin-B (C28H31N2O3Cl), serta ada yang mengandung Borax. ‘’Jika zat-zat tersebut dikonsumsi secara terus menerus, maka akan memicu kanker, kerusakan ginjal, dan penyakit lain,” jelasnya. (radar)