Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Masuk KLB Demam Berdarah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

masukBelum Genap Sebulan Penderita Tembus 96 Orang
BANYUWANGI – Banyuwangi ditetapkan sebagai daerah yang masuk kategori kejadian luar biasa (KLB) penyakit demam berdarah (DB). Ada sepuluh kabupaten lain di Jawa Timur yang juga sama-sama berstatus KLB. Status KLB itu dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi Widji Lestariono kemarin. “Baru hari ini (kemarin) ditetapkan.

Kami tahu dari media massa. Pemprov belum mengirimkan surat edaran terkait status KLB tersebut,” kata pejabat yang akrab dipanggil Rio tersebut. Jumlah penderita DBD di Banyuwangi periode Januari-Desember 2014 mencapai 465 orang. Satu orang meninggal pada Mei 2014. Jumlah penderita terbanyak terjadi pada Desember dengan total penderita 104 orang. Bagaimana dengan tahun ini?

Sampai pertengahan Januari 2015 jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai 96 orang. Padahal, baru lima hari lalu Dinkes menerima jumlah penderita masih 50 orang. menurut jumlah penderita masih 50 orang. “Informasi terbaru, satu pasien penderita DBD meninggal dunia,” imbuh Rio. Meningkatnya kasus tersebut, kata Rio, tidak terlepas dari intensitas hujan yang tinggi belakangan ini.

Banyaknya air yang menggenang dan tempat yang lembap menyebabkan nyamuk Aidees aegepty nyamuk yang menularkan virus dengue penyebab demam berdarah lebih cepat berkembang biak. Pihalmya meminta agar masyarakat melakukan aksi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) ketimbang melakukan fogging. Menurutnya, fogging kurang efektif dan berisiko mengganggu pernapasan karena mengandung malathion. Aksi PSN dianggap lebih efisien karena menjangkau seluruh wilayah.

Langkah-langkah dalam PSN lebih preventif, misalnya dengan mengubur atau menutup kaleng bekas atau ceruk yang bisa menampung air tidak menggantung baju, memasang kelambu, dan menguras bak mandi dengan rutin. “Menghindari tempat-tempat gelap dan lembap serta mengadakan jumat Bersih secara rutin,” terang Rio. Dia menambahkan, masyarakat juga harus mengetahui siklus hidup nyamuk aedes aegepty. Nyamuk aedes aegepty membutuhkan waktu tujuh hari dari bertelur hingga bisa terbang.

“Jangan beri mereka peluang berkembang biak. Jumat Bersih ini efektif jika gerakannya serentak dan rutin,” tambahnya. la berharap masyarakat hingga tingkat paling bawah melakukan langkah-langkah pencegahan sederhana seperti dia sebutkan. Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan puskesmas setempat untuk menyosialisasikan hal tersebut. “Fogging tetap kami upayakan, tapi kami minimalisasi.

Fogging merupakan opsi terakhir,” katanya. juga dikatakan Rio, seluruh kecamatan di Banyuwangi berpotensi diserang penyakit demam berdarah. Secara epidemiologi, wilayah Banyuwangi termasuk endemis. Setiap tiga tahun sekali penyakit DBD rutin singgah di Bumi Blambangan. “Kami juga sedang mengupayakan melakukan penyelidikan epidemologi, meliputi pemeriksaan jentik, mendeteksi pasien yang menderita demam, lalu membuat pemetaan serangan DBD,” tandasnya. (radar)