Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Mediasi Buntu, Tumpang Pitu Mencekam

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SEMENTARA ITU, mediasi yang dilakukan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Banyuwangi dengan cara mempertemukan PT. BSI selaku pelaksana penambangan emas di Gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, dengan warga yang mengaku tinggal di sekitar lokasi penambangan tidak membuahkan hasil.

Puluhan warga yang diundang dalam pertemuan yang digelar di Hotel Baru Indah, Jajag, Kecamatan Gambiran, itu memilih walkout dan pulang karena dianggap tidak ada gunanya. Praktis, acara yang dihadiri sejumlah pejabat Pemkab Banyuwangi dan  PT. BSI itu bubar di tengah acara.

Mediasi yang dimulai pukul 10.00 dan dipimpin Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, Pemkab Banyuwangi, Wiyono, itu hanya berlangsung sekitar 40 menit. “Dari warga siapa  yang akan mewakili,” kata Wiyono.

Juru bicara warga, Edi Laksono, menyampaikan sikap warga hanya satu, yaitu tambang emas di Gunung Tumpang Pitu dihentikan. Selama ini ada ribuan warga di sekitar Gunung Tumpang Pitu yang menggantungkan hidupnya atas hasil laut.

“Dengan ada penambangan emas, nasib nelayan terancam,” katanya. Menanggapi permintaan warga itu, Direktur Utama PT. BSI, Cahyono Seto, mengatakan semua langkah yang dilakukan sudah berdasar aturan. “Kami berpatokan pada legalitas, Pak. Legalitas kami itu  sudah komplet.

Tidak ada yang kami langgar. Kalau kami ilegal, kami tutup, Pak,” cetus Cahyono Seto. Pernyataan Cahyono itu ternyata memantik reaksi keras dari warga yang ikut dalam pertemuan itu. Mereka berebut menyampaikan pernyataan hingga suasana menjadi panas.

“Negara kita ini bukan kerajaan. Negara kita ini negara demokrasi,” teriak salah satu warga. Menyikapi suasana yang cukup panas dan cenderung liar, Kapolres Banyuwangi, AKBP  Bastoni Purnama, mencoba menenangkan  warga. Tetapi, pernyataan kapolres juga dianggap menyakiti warga hingga acara tersebut semakin  panas.

“Coba tenang, kita bicara yang realistis dan faktaya. Kita ini punya aturan, tapi kalau liar, seperti orang jahiliyah yang tidak punya pendidikan,” kata kapolres.  Pernyataan kapolres itu membuat warga semakin emosi dengan meneriakkan kata-kata  protes.

“Saya dulu berpikir tugas di Jawa Timur  dan Banyuwangi ini masyarakatnya sopan-sopan. Terus terang saya kecewa hari ini,”  lanjut kapolres.  Mendengar pernyataan kapolres itu, seperti dikomando, warga langsung berdiri dan ramai-ramai  keluar dari ruang pertemuan.

Mereka bergerak menuju tempat parkir sambil mengecam pernyataan Kapolres tersebut. “Pernyataan kapolres itu penuh kebencian,” teriak  salah satu warga sambil berjalan menuju tempat parkir.  Kapolres AKBP Bastoni Purnama saat dikonfirmasi mengenai kekecewaan warga atas pernyataannya itu mengatakan yang disampaikan itu semata-mata agar forum menjadi kondusif.

“Saya kecewa karena belum ada titik temu. Kita belum tahu apa alasannya minta ditutup, harus dirinci. Saya tidak punya tujuan lain,” katanya. Apa yang dilakukan dalam forum itu, terang dia, menengahi dan mencari solusi terbaik.

“Saya pikir dalam forum diskusi boleh saja, tadi itu kondisi tidak kondusif. Saya minta forum tidak liar, sehingga bisa mencari solusi,” ujarnya. (radar)