PESANGGARAN-Ribuan umat Hindu dari berbagai daerah di Kabupaten Banyuwangi, menggelar upacara Melasti di Pantai Pulau Merah, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran kemarin (6/3). Guyuran hujan deras tidak menyurutkan para penganut Hindu itu melakukan ritual yang menjadi bagian dari perayaan hari raya Nyepi. Selain sembahayangan, mereka juga melarang sesaji ke tengah laut.
“Melasti harus dilakukan dalam kondisi apa pun, seperti hujan deras ini,” terang Nyoman Pageh Yasa, salah satu tokoh umat Hindu asal Desa/Kecamatan Pesanggaran. Dalam ritual Melasti ini, terang dia, umat Hindu yang datang ke Pantai Pulau Merah lebih banyak dibanding tahun lalu. Mereka itu, datang dari berbagai daerah di Kabupaten Banyuwangi.
“Perayaan Melasti ini dilaksanakan di tiga tempat,” terangnya. Ketiga tempat di Kabupaten Banyuwangi yang dibuat untuk Melasti itu, jelas dia, di Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, di Pura Agung Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, dan di Pantai Pulau Merah.
“Ternyata teman-teman banyak yang datang ke Pulau Merah,” ungkapnya. Dalam kegiatan Melasti ini, terang dia, umat Hindu melakukan sembahyang di Pura Segara Tawang Alun Pulo Merah. Selanjutnya, larung sesaji ke laut untuk persembahan kepada Dewa Baruna.
Ritual itu sebagai bentuk memohon izin karena akan dilakukan pengambilan tirta untuk penyucian diri dan alam. “Air amarta dipakai menyucikan bumi dalam rangkaian ogoh-ogoh besok, kalau saat ini menyucikan diri masing-masing,” ucapnya.
Bagi umat Hindu, jelas dia, pelaksanaan Nyepi tahun ini cukup istimewa karena bersamaan dengan fenomena gerhana matahari. Dengan adanya gerhana matahari itu, umat Hindu akan melakukan ritual khusus di rumahnya masing-masing.
Bagi umat Hindu, bersatunya matahari dengan bulan itu merupakan waktu yang baik untuk melakukan pemujaan. “Gerhana matahari itu penyatuan matahari dan bulan, ini luar biasa untuk pemujaan. Ada tiga siklus terjadi bersamaan, yaitu bertemunya surya, candra, dan awal hari,” ungkapnya. (radar)