Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Melatih Karate Sejak SMP, Tak Pernah Dapat Beasiswa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Jova Akbar Romadhon (kanan) bersama ayahnya, Hariono di rumahnya Dusun Gurit; Desa Pengatigan, kemarin, (13/10).

Jovian Akbar Romadhon, 20, salah seorang atlet karate berprestasi Banyuwangi. Meski sudah meraih puluhan medali dan segudang prestasi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jember ini tetap rendah hati.

DEDY JUMHARDIYANTO, Rogojampi

RUMAH berdinding anyaman bambu (gedek) itu berada persis didepan pemakaman umum Dusun Gurit Lirangan, Desa Pengatigan, Kecamatan Rogojampi. Rumah berukuran empat kali tujuh mrter itu sangat sederhana dan kondisinya cukup memprihatinkan.

Petang itu tak ada satu pun lampu penerangan, yang menyala di rumah itu. Maklum, pemiliknya baru saja keluar rumah tak berselang lama, dua orang lelaki tiba dan masuk ke rumah yang kondisinya masih cukup gelap.

Dua lelaki itu tak lain adalah Jovian Akbar Romadhon dan Hariono, 40. Hariono sang ayah baru saja menjemput putra sulungnya dari Stasiun Rogojampi sepulang kuliah di Universitas Jember. Jarak Stasiun Rogojampi dari rumah tempat tinggalnya tak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar satu kilometer ke arah barat stasiun.

Sembari menyeka keringat yang membasahi jidatnya, Jovan langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan meletakkan tas ranselnya. Sementara Hariono tampak buru-buru menghidupkan lampu penerangan di ruang tamu. “Mohon maaf, kondisinya seperti ini,” ujar Hariono sembari mempersilakan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi masuk.

Pada dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu jelas terpampang sejumlah foto kenang-kenangan putra sulungnya, Joran yang saat itu meraih juara saat mengikuti kejuaraan karate.

Tidak hanya foto, pada lemari yang berada di ruang tamu itu juga terpampang sejumlah medali dan penghargaan hasil kerja kera putranya. “Kalau piaggamnya kami simpan rapi, karena dibutuhkan untuk masuk sekolah dan kuliah,” terang Hariono.

Prestasi yang telah diraih putra sulungnya itu sangat membanggakan bagi dirinya sebagai orang tua. Meskipun prestasi tersebut di bidang nonakademik. Setiap kali putranya bertanding, dia tidak pernah ketinggalan ikut memberikan semangat.

“Kalau tandingnya di Banyuwangi, saya pasti datang. Tapi kalau tanding di luar kota, saya percayakan pada pelatih,” jelasnya.

Jovan sudah menggeluti karate sejak kelas empat sekolah dasar (SD). Entah apa yang menyebabkan dia tertarik menerjuni karate, saat itu hanya iseng mengikuti ekstrakurikuler di sekolah. “Dulu hanya ikut latihan saja, akhirnya kesengsem sampai saat ini,” ungkap Jovan.

Di bawah bimbingan pelatih Sempai Nanang, Jovan mulai berlatih keras menjadi atlet karate. Hingga akhirnya saat duduk di kelas enam SD, untuk kali pertama dia meraih juara satu Kata (pertandingan menampilkan jurus, Red) tiinggkat SD se-Kabupaten Banyuwangi.

“Saat itu saya sangat bangga, karena juara satu Kata se-Kabupaten, dan kali pertama mendapat penghargaan. Sampai hari ini tidak pernah saya lupakann,” kenangnya.

Atas raihan prestasi itulah, dia semakin serius berlatih dan bersemangat. Hasil kerja kerasnya itu akhirnya mengantarkan dirinya meraih sabuk hitam saat duduk di bangku SMP. Bahkan, saat duduk kelas dua SMP, dia sudah mendapatkan izin dari pelatihnya, Sempai Nanang untuk melatih adik-adiknya.

“Untuk bisa melatih harus dapat surat pelatih dari majelis sabuk hitam yang dikeluarkan pengurus Inkai Jawa Timur,” ujar mahasiwa semester lima, Fakultas Hukum Universitas Jember itu.

Sejak duduk di bangku SMP hingga kini, dia masih melatih dan menularkan ilmu bela diri yang telah diajarkan kepada teman dan adik tingkatnya. Bahkan, rasa bangga itu juga larut ketika adik tingkat yang dilatih juga meraih prestasi.

Ta heran, atas beban yang harus ditanggung itu dia harus tetap konsisten menjaga kualitas dengan terus giat berlatih. Menu latihan setiap hari harus berlari (jogging) mengelilingi lapangan sepak bola minimal sebanyak lima kali putaran. Sesudahnya  juga berlatih fisik, seperti push up, sit up, skipping dan latihan Kata.

Menu latihan itu tetap dia lakukan pada sore hari sepulang kuliah. Meski berstatus mahasiswa, dia juga memberikan menu latihan pada adik angkatnya di unit kegiatan mahasiswa (UKM) Jember Unitrersity Karate Club (JUKC). ”Ada 30 mahasiswa putra-putri yang saya latih,” beber alumni SDN 2 Rogojampi ini.

Baginya, berlatih karate lnkai tidak hanya memberikan kemampuan untuk membela diri. Lebih dari itu, karate dapat melatih diri lebih disiplin, sportif mau menerima kenyataan, melatih diri lebih berkarakter, dan banyak hal positif lainnya yang diperoleh dari berlatih karate.

“Saya tidak selalu menang dalam pertandingan, saya berulang kali jatuh menghadapi lawan. Tapi hal itu justru menjadikan diri untuk introspeksi diri dan terus giat berlatih,”  ujar putra pasangan suami istri Hariono dan Juhariyah ini.

Melihat kenyataan dilahirkan di lingkungan keluarga yang kurang berada dan serba keterbatasan, dia berusaha membahagiakan kedua orang tuanya. Salah satunya dengan menjadi anak berbakti.

Sejak meraih prestasi di bidang nonakademik itu, dia tak pernah berharap akan perhatian dari pemerintah.  Jovan hanya berupaya menjadi atlet yang baik, berlatih dan terus melatih.

“Bagi saya kuncinya adalah kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas,” tandas alumni SMA Negeri 1 Rogojampi ini. (radar)