SILIRAGUNG – Hujan yang mengguyur wilayah Banyuwangi Selatan pagi kemarin (8/4), ternyata masih membawa potensi banjir. Meski hanya berlangsung sebentar, luapan air terjadi di wilayah Kecamatan Siliragung sekitar pukul 10.00 pagi kemarin.
Luapan air tersebut sempat membuat warga panik lantaran mereka masih trauma kejadian banjir dua bulan lalu. Hasil pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, luapan air tampak terjadi di lokasi rawan banjir di Dusun Silirsari, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung.
Selain itu, ada pula genangan air di sejumlah titik di Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung, siang kemarin. Beruntung, luapan air itu tidak berlangsung lama. Luberan air hujan itu mencapai puncak pada pukul 09.00. Namun sekitar pukul 11.00, luapan air berangsur menghilang.
Trauma banjir dirasakan oleh Jamil, 54, warga RT3, RW 2, Dusun Silirasari, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung. Lelaki yang tinggal di tepi jalan raya Kesilir itu mengakui, luapan air itu sempat membuatnya panik. Namun beruntung, luapan air yang terjadi tidak seperti banjir yang melanda bulan sebelumnya.
Saat luapan air mencapai puncak tertinggi, sepeda motor tidak bisa melintas di depan rumahnya. ”Ketinggian air kira-kira selutut, sepeda motor tidak bisa melintas,” jelasnya. Meski tidak menimbulkan kerugian, warga mengaku waswas dan masih trauma. Alasan mereka cukup masuk akal, karena hujan sudah mengguyur sejak malam hari dan terus berlangsung hingga siang kemarin.
“Ya, warga masih trauma,” jelas Jamil. Sementara itu, warga yang berada di sisi timur jembatan sekitar Pasar Seneporejo, mulai mengevakuasi ternak miliknya kemarin. Sapi dan kambing warga tampak dipindah di lokasi pasar. Menurut penuturan Supeno, 60, warga yang tinggal di dalam area pasar, setidaknya ternak sapi dan kambing dari 15 kandang sempat diungsikan.
Namun begitu air surut siang kemarin, pemilik ternak langsung mengambil ternak masing-masing. ”Sekitar 15 kandang ada, ini tinggal sapi yang belum diambil,” ucapnya. Secara terpisah, Camat Siliragung, Hariono mengungkapkan, luapan air tersebut memang benar terjadi. Namun, luapan air hanya berlangsung sebentar dan tidak parah.
Sejak kejadian banjir beberapa waktu lalu, Pemerintah Kecamatan Siliragung telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk bila terjadi banjir. ”Semua warga sudah konek,” ungkap Camat Hariono.
Bahkan, kata Hariono, warga yang tinggal di lokasi dataran rendah juga sudah mengerti ketika muncul tanda-tanda akan ada banjir. Bila tanda-tanda itu sudah tampak, warga segera melapor kepetugas atau aparat desa setempat. “Persiapan kita waspada. semua aparat siaga,” jelasnya.
Tidak hanya itu, kata dia, warga juga sudah memahami mekanisme evakuasi bila air bah tiba- tiba datang ke lokasi tempat tinggal mereka. Pemerintah sudah menyiapkan beberapa titik pengungsian untuk kondisi darurat. “ Gumuk-gumuk (bukit- bukit) di sekitar Kedungmanten kita siapkan (untuk lokasi evakuasi, Red),” jelasnya.(radar)