Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Memerdekakan 69 Penyu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

merdekaBANYUWANGI – Cara unik dilakukan jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Banyuwangi dalam peringatan hari ulang tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan RI ke-69. Dipimpin langsung Bupati Abdullah Azwar Anas, para anggota Forpimda melepas sebanyak 69 ekor tukik (bayi penyu) ke Selat Bali kemarin (17/8). Acara tersebut dilaksanakan di Pantai Boom, Banyuwangi. Uniknya lagi, saat melepaskan tukik ke alam bebas tersebut, Bupati Anas didampingi Wakil Bupati (Wabup) Yusuf Widyatmoko masih mengenakan pakaian dinas .

Begitu juga dengan jajaran forpimda yang lain, di antaranya Kapolres AKBP Tri Bisono Soemiharso, Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Letkol Laut (P) Edi Eka Susanto, Komandan Kodim 0825 Letkol (Inf) Mangapul Hutajulu. Ya, momen spesial memerdekakan satwa dilindungi itu dilakukan Bupati Anas sesaat usai menjadi inspektur Upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di lapangan Taman Blambangan. 

Dari Taman Blambangan, Anas bersama jajaran Forpimda Banyuwangi rela turun ke pasir pantai untuk melepas satwa langka dilindungi itu ke Selat Bali. Di bawah komando Penasihat Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) Ir Kuswaya MSc, tukik hasil penetasan semi alami oleh lembaga yang selama ini concern terhadap pelestarian penyu di pantai timur Bumi Blambangan tersebut dilepas ke laut bersamaan. Tak ayal, anak penyu berukuran mungil itu langsung berjalan menyusuri pasir pantai menuju laut lepas.

Bupati Anas mengatakan, acara melepas tukik ke alam bebas tersebut sebagai bentuk peringatan kemerdekaan RI. Karena itu, jumlah tukik yang dilepas ke laut disesuaikan dengan ulang tahun RI, yakni sebanyak 69 ekor. “Mudah- mudahan pelepasan tukik ini menjadi simbol kemerdekaan dan kebebasan Indonesia dari berbagai masalah,” ujarnya. Anas menambahkan, tukik yang dilepas ke laut kemarin merupakan anakan penyu yang berasal dari kawasan Pantai Boom dan beberapa titik lain di kawasan pantai timur kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini. 

“Tukik yang kita lepaskan merupakan anakanak penyu yang diselamatkan oleh para relawan pelestari penyu dari perburuan dan perdagangan liar,” cetusnya. Melalui momentum pelepasan tukik ke laut, imbuh Anas, Pemkab Banyuwangi ingin mendorong kepedulian masyarakat untuk melestarikan habitat penyu. Dia berpesan agar masyarakat melindungi dan diminta tidak memperjualbelikan telur satwa liar dilindungi tersebut. “Apabila tukik yang dilepaskan ini hidup selamat sampai dewasa, kelak 15 hingga 25 tahun lagi, dia akan kembali ke tempat ini (pantai Boom) untuk bertelur.

Momen ini dapat menjadi warisan pengetahuan yang berharga bagi anak cucu kita kelak,” paparnya. Sementara itu, sebelum pelepasan tukik ke Selat Bali kemarin, Bupati Anas beserta jajaran Forpimda Banyuwangi mendapat penjelasan singkat tentang penyu, khususnya penyu di Banyuwangi oleh BSTF. “Banyuwangi boleh berbangga. Sebab, dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia, empat di antaranya hidup di Banyiwangi,” ujarnya didampingi Pendiri BSTF Wiyanto Haditanojo.  

Empat penyu yang hidup di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu antara lain, Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan Penyu belimbing (Dermochelys coriacea). “Selain di Pantai Boom, pantai lain di Banyuwangi yang menjadi tempat pendaratan penyu untuk bertelur adalah Pantai Sukamade di Taman Nasional (TN) Meru Betiri Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, dan Pantai Nagelan di TN Alas Purwo, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi,” jelasnya.

Kuswaya menambahkan, pada  musim penyu bertelur tahun ini, BSTF bersama Jawa Pos Radar Banyuwangi berhasil menyelamatkan lebih 6.200 butir telur penyu. Namun, tidak semua telur yang diamankan ke sarang semi alami itu bisa menetas. Hingga kemarin, BSTF dan Jawa Pos Radar Banyuwangi telah melepaskan penyu ke laut lepas sekitar 2.000 ekor,” pungkasnya. (radar)