Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Mengenal Kabul, Cakades yang Bersaing dengan Istri dalam Pilkades

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mengenalTerbiasa Cari Rumput sebelum Ngantor Biasanya calon kepala desa (cakades) incumbent bakal bertarung dengan rival. Tetapi, itu tidak berlaku bagi Kabul, cakades Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Sebab, dia bakal menantang istrinya sendiri dalam pilkades periode 2013- 2019 mendatang.

PILKADES di Banyuwangi bakal di lakukan secara serentak tanggal 4 dan 5 September mendatang. Semua ca lon bakal berjuang ekstra keras un tuk menarik simpati warga. Tentu saja, dengan tujuan agar mereka bisa ter pilih menjadi kades dengan suara terbanyak saat pencoblosan nanti. Berbagai alat peraga kampanye; spanduk dan baliho, para cakades di pasang di beberapa titik strategis.

Tentu pemasangan semua alat pera ga kampanye itu butuh biaya yang tidak sedikit. Namun, hingar-bingar menjelang pes ta demokrasi level desa tersebut ti dak terlihat di Desa Tambakrejo, Ke camatan Muncar. Padahal, desa ter sebut juga bakal menggelar pilka des 4 September 2013 mendatang. Tidak ada baliho maupun spanduk bes ar para cakades yang terlihat di desa paling barat yang berimpitan de ngan Kecamatan Cluring itu.

Padahal, tercatat ada dua ca kades yang bakal bertarung me rebut jabatan tertinggi di ting kat desa itu. Tidak ada spanduk dua cakades tersebut tampaknya cukup be ralasan. Sebab, dua cakades yang akan bersaing merupakan pa sangan suami istri (pasutri). Pa sutri tersebut adalah Kabul dan Siti Nur Hidayati. Kabul merupakan cakades incumbent yang sudah menjabat periode 2007-2013.

Dia ter paksa mengajukan istrinya yang sudah dikaruniai dua anak itu lantaran tidak ada war ga lain yang mendaftar se ba gai cakades kepada panitia. Pen daftaran dibuka sejak 1 hingga 6 Juli lalu. Kabul terpaksa mendaftarkan is trinya hanya untuk memenuhi peraturan. Mengingat, sesuai atu ran yang berlalu, pilkades bisa dilaksanakan minimal jika ada dua calon. Jika hanya satu ca lon, maka pilkades tidak bisa dilaksanakan.

Nah, mengapa warga di desa yang memiliki jumlah pemilih 5.302 itu tidak ada yang mendaftar. Tentu ba nyak alasan. Salah satu ala san yang paling sederhana ada lah sebagian masyarakat se tem pat masih menginginkan pe mimpin mereka saat ini men jabat lagi. Ditemui di rumahnya kemarin, Ka bul tidak mengetahui  ecara pasti mengapa masyarakat ti dak ada yang mencalonkan diri dalam ajang enam tahunan itu.

“Saya pikir masyarakat masih menginginkan saya jadi lagi,” katanya. Menurut dia, selama enam ta hun menjadi kades, desanya memang banyak perubahan, baik pembangunan maupun sektor lain. ‘’Tapi, jadi pemimpin itu sederhana sekali,” terang pria kelahiran Banyuwangi 9 Januari 1968 itu. Menjadi pemimpin itu harus punya kepedulian yang tinggi terhadap warga.

Tidak pe duli urusan kecil sekalipun, misalnya selalu takziah ketika ada warga meninggal dunia. ‘’Kalau saya tidak ada di luar kota, saya selalu takziah untuk berbelasungkawa kepada keluarga mereka. Sebab, yang meninggal itu warga saya,” terang pejabat berkacamata itu. Selain itu, ketika ada warga yang sedang sakit, seorang pemimpin juga dituntut men jenguk warganya. Hal itu se bagai bentuk perhatian kepada warga. ‘’Kalau ada yang sakit, saya datangi rumahnya.

Kalau di rawat di rumah sakit, saya je nguk,” paparnya. Bukan hanya itu, seorang pe mimpin juga harus berbaur dengan masyarakat. Salah satuben tuknya adalah berkumpul ber sama masyarakat saat ronda ma lam. ‘’Saya setiap habis isak, pasti tidak ada di rumah. Saya kum pul dengan orang-orang sampai malam,” kenangnya. Bukan hanya itu, pemimpin tidak perlu gengsi. Dia menilai, sikap tersebut justru bakal mem buat masyarakat tidak simpati.

‘’Pagi sebelum ngantor, saya cari rumput. Tetapi, sudah beberapa bulan ini sapi saya gadokan,” paparnya. Jika pulang dari kantor, seperti biasa, dia menjadi petani layaknya petani lain. Pakaian yang dipakai pun sederhana. ‘’Kalau di sawah, ya pakai pakaian sawah. Ini saya juga masih belum mandi baru dari sawah,’’ katanya kepada koran ini. Masyarakat sudah bisa menyimpulkan sendiri sosok pemimpin yang diidamkan.

Karena itu, dia optimistis bakal di pilih kembali dalam coblosan nanti. ‘’Sabtu malam saya dan istri akan menyampaikan visi-misi. Tetapi, istri saya hanya menyampaikan paparan sedikit. Lainnya idem. Lha wong visi-misi itu saya yang buatkan,” terangnya sambil tertawa. Pada pilkades kali ini, se benarnya dia akan memasang baliho. Tetapi, masyarakat justru tidak sepakat. ‘’Masyarakat tidak mau. Daripada uang dihambur- hamburkan, mending di gunakan kepentingan lain,” tandasnya. (radar)